100 Fitur Deteksi dan AI Bisa Mencegah Ancaman Serangan Siber

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Serangan siber menyasar sistem informasi komputer, infrastruktur, jaringan komputer, dan/atau perangkat komputer pribadi dengan menggunakan berbagai metode jahat.

Berdasarkan data skenario keamanan siber Badan Nasional Sistem Siber dan Kriptografi (BSSN) pada tahun 2023, ditemukan total 403.990.813 anomali lalu lintas yang terjadi selama tahun 2023 yang berpotensi mewakili serangan siber. telah menyebabkan meningkatnya ancaman dunia maya, mulai dari melumpuhkan perangkat dan jaringan, pencurian data sensitif, hingga merusak reputasi layanan yang disusupi.

Di antara total serangan tersebut, ancaman siber berupa Trojan dan serangan phishing merupakan yang tertinggi. Di Indonesia, banyak organisasi yang masih kekurangan kapasitas untuk mendeteksi dan merespons serangan siber secara efektif, sehingga serangan seperti penipuan, pemerasan, dan peretasan digital terhadap sistem bisnis sering terjadi.

Ancaman siber juga akan merugikan perusahaan secara finansial, Forbes memperkirakan kerugian akibat serangan siber akan mencapai $10,5 miliar pada tahun 2025. Situasi ini membuat semua perusahaan harus mampu beradaptasi dengan cepat untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Terlebih lagi, berdasarkan temuan IBM pada tahun 2023, yang mengungkapkan bahwa rata-rata kerugian global akibat pelanggaran data adalah $4,45 juta pada tahun 2023, meningkat 15% dalam 3 tahun.

Cisometric, perusahaan konsultan keamanan siber atau cyber security di Indonesia, meluncurkan layanan Security Operations Center (SOC) terbarunya.

Mengingat potensi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh serangan cyber, maka keberadaan tim SOC di perusahaan sangat diperlukan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi serangan cyber.

Namun, kurangnya talenta keamanan siber, tingginya pergantian karyawan SOC di perusahaan, rumitnya membangun tim SOC yang matang, dan biaya investasi yang relatif tinggi merupakan beberapa masalah utama bagi sebagian besar perusahaan.

“Cisometric memahami bahwa banyak organisasi berjuang dengan sumber daya yang terbatas dan kurangnya keterampilan di bidang ini. Oleh karena itu, dengan pengalaman kami yang dipadukan dengan teknologi canggih, kami berusaha menghadirkan solusi terbaik kepada mereka.” ujar Hana Abriyansyah selaku pendiri Cisometric.

Oleh karena itu, untuk mendukung kemampuan mendeteksi dan merespons serangan siber, layanan SOC Cisometric tidak hanya fokus pada teknologi mutakhir saja, namun terlebih lagi pada dua faktor terpenting dari SOC itu sendiri, yaitu investasi pada sumber daya manusia dan proses. Karena SOC merupakan proses atau operasi pendeteksian dan respon.

Cisometric menggunakan teknologi eksklusif dengan lebih dari 100 kemampuan deteksi keamanan, teknologi kecerdasan buatan (AI), dan pembelajaran mesin canggih untuk meningkatkan kemampuan deteksi dan pencegahan ancaman digital.

Platform ini dirancang untuk meminimalkan waktu rata-rata untuk mendeteksi (MTTD) dan waktu rata-rata untuk merespons (MTTR), dua metrik penting dalam keamanan siber. MTTD yang cepat memungkinkan Anda mengidentifikasi ancaman secepat mungkin, sementara MTTR yang singkat mempercepat waktu pemulihan sistem dari serangan.

Pendekatan Pusat Operasi Keamanan (SOC) berfokus pada integrasi tanpa hambatan dengan deteksi ancaman proaktif tingkat lanjut dan kemampuan intelijen ancaman. Hal ini memungkinkan tim SOC, yang terdiri dari Computer Security Incident Response Team (CSIRT) dan tim forensik yang sangat terspesialisasi, untuk melakukan operasi keamanan siber secara efektif.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours