2 Kitab Peninggalan Sastra Kuno Catat Sejarah Kerajaan Besar di Nusantara

Estimated read time 3 min read

Nagarakretagama dan Pararaton merupakan dua referensi kitab kuno yang menggambarkan kisah perjalanan kerajaan. Ada dua kerajaan yang dibahas dalam teks kuno Nagarakretagama dan Pararaton.

Keduanya ditulis oleh dua tokoh berbeda, Negarakretagama konon ditulis oleh Mpu Prapanca, namun kitab Pararaton masih belum diketahui pasti siapa penulisnya.

Meski merupakan peninggalan kerajaan Majapahit, Nagarakretagama konon terdapat di Puri Cakranagara yang kini berada di kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Konon, penemuan kitab Nagarakretagama di Puri Cakranagara bukanlah yang pertama.

Naskah kuno ini juga ditemukan terpisah di Pulau Bali, tepatnya di Amlapura, Karangasem, kemudian di Geria Pidada di kawasan Klungkung dan dua lagi di Geria Carik Sideman.

Penemuan empat naskah Nagarakretagama memunculkan pandangan terhadap kepopuleran Nagarakretagama yang sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya.

Setelah diketahui bahwa manuskrip tersebut berada di tangan orang biasa, tidak semua orang berada di dalam kastil.

Dikutip dari “Mengembalikan Tabir Sejarah Nenek Moyang Majapahit”, hal ini menunjukkan bahwa naskah Nagarakretagama memang dikenal pada masyarakat Bali kuno. Dalam naskah Amlapura milik seorang guru, tertulis di halaman pertama wawakan bahasa Jawa.

Artinya isi naskah tersebut berkaitan dengan sejarah Jawa. Yang dimaksud Jawa disini adalah Majapahit. Tidak mengherankan jika naskah Nagarakretagama juga diketahui oleh pencipta Pararaton baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara keseluruhan, gambaran Nagarakretagama tentang Singasari dan Majapahit pada tahun 1222 hingga 1365 memang sejajar dengan gambaran Pararaton.

Uraian Pararaton lebih luas berkat tambahan yang diperoleh dari sumber lain seperti yang akan disajikan di bawah ini.

Uraian Raja Rajasa tentang Nagarakretagama pupuh XL merupakan inti uraian Pararaton tentang kisah Ken Arok sejak kelahirannya hingga menetap di Kegenengan pada tahun 1227. Uraian Pararaton tentang kisah Ken Arok diperluas dengan tambahan rincian.

Gambaran Nagarakretagama Pupuh XL meliputi empat hal yaitu tempat Raja Rajasa mendirikan kerajaannya di sebelah timur Gunung Kawi, pemberontakan Raja Rajasa melawan Raja Kertajaya di Kediri pada tahun 1222 berakhir dengan kemenangan Tumapel.

Selanjutnya terjadi penobatan Raja Rajasa di Kagenengan pada tahun 1227 dan Raja Rajasa menjadi nenek moyang raja-raja di Singasari dan Majapahit.

Uraian Pupuh XL yang hanya terdiri dari lima bait atau dua puluh baris ini diperluas dalam paragraf sebanyak enam belas halaman.

Judulnya Katuturanira Ken Arok. Setelah itu Pararaton memberikan gambaran tentang raja-raja Singasari dan Majapahit mulai dari Anusapati pada tahun 1227 hingga Sang Mokta Ri Kadaton pada tahun Saka 1400 atau sekitar tahun 1478 Masehi.

Secara umum gambaran naskah kuno Pararaton karya Raja Rajasa Sang Amurwabhumi sangat sejajar dengan gambaran Nagarakretagama pupuh XL hingga XLIX, ditambah fakta sejarah yang masih beredar di masyarakat.

Sumber fakta sejarah tersebut masih dapat dipastikan pada akhir uraian raja-raja yang bersangkutan, selalu dicantumkan tanggal wafatnya dan penguburannya di candi, seperti yang dilakukan oleh penyusun Ngarakretagama.

Urutannya hampir sama. Setelah uraian tentang Raja Rajasa, berikut uraian mengenai Sang Anusapati.

Dalam Nagarakretagama uraian ini ditempatkan pada Pupah XLI. Penjelasan tambahannya adalah Sang Anusapati meninggal akibat ditusuk oleh Keris Gandring Tohjaya, putra sulung Sri Rajasa dari pasangan Ken Umang.

Tokoh Tohjaya tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours