3 Dampak Buruk Perkembangan Kendaraan Listrik, Salah Satunya Memicu Krisis Air

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Kendaraan listrik menjadi solusi menjanjikan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca. Kehadirannya di luar negeri berkembang pesat dan perlahan mulai masuk ke Indonesia.

Meski mobil listrik membawa banyak hal baik, namun masih ada beberapa dampak negatif yang bisa menjadi masalah di kemudian hari. Salah satu permasalahan terbesar datang dari komponen baterai yang digunakan.

Lalu apa saja dampak negatif dari perkembangan mobil listrik? Berikut rangkuman Rabu (11/09/2024) dari berbagai sumber.

Dampak buruk dari pengembangan kendaraan listrik1. Daya baterai Selama penggunaan, baterai kendaraan listrik mencapai akhir masa pakainya. Setelah itu, pemilik harus menggantinya dengan aki baru.

Sementara itu, baterai lama harus dibuang dan didaur ulang jika memungkinkan. Namun kabar buruknya adalah jumlah limbah dari baterai tersebut akan meningkat dan akan sulit untuk mendaur ulangnya sepenuhnya.

Mengutip Mona Technologies, proses penggunaan baterai seringkali sulit dan mahal. Perbedaan regional dalam kinerja operasional mempersulit manajemen dan dapat membuat seluruh proses menjadi tidak efisien dan mahal.

Selain itu, pembongkaran baterai memerlukan peralatan khusus dan tenaga kerja terampil, sehingga meningkatkan biaya. Selain itu, fluktuasi harga energi terbarukan membuat penambangan menjadi lebih sulit secara finansial.

2. Litium merupakan bahan utama dalam baterai kendaraan listrik. Ketersediaannya sebagai penyimpan energi terbarukan sangat penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Namun di sisi lain, proses ekstraksi dan produksi litium membutuhkan banyak air dan dapat mencemari sumber daya. Hal ini pernah dikatakan oleh James J.A. Blair, seorang profesor geografi dan antropologi di California State Polytechnic University, yang memimpin penelitian terkait.

Operasi penambangan litium, mulai dari ekstraksi mineral hingga pemrosesan, mempunyai dampak signifikan terhadap lingkungan, khususnya dalam hal kualitas dan kuantitas air. Penduduk yang tinggal di dekat tambang litium dapat menimbulkan beban lingkungan yang signifikan.

3. Produksinya masih menimbulkan pencemaran lingkungan, sama seperti mobil dan truk tradisional, mobil listrik juga terbuat dari logam, plastik dan bahan lainnya, produksinya menggunakan energi dan limbah. Hal ini juga berlaku untuk penggunaan baterai lithium-ion.

Berbicara tentang sisi bumi, studi tahun 2021 membandingkan jarak tempuh kendaraan listrik dengan bensin. Hasilnya, ditemukan bahwa 46% emisi karbon kendaraan listrik berasal dari proses manufaktur.

Menariknya, sekitar 4 ton CO2 dilepaskan selama produksi mobil listrik. Mobil harus digunakan minimal 8 tahun untuk membayarnya.

Inilah beberapa dampak negatif yang diketahui dari perkembangan kendaraan listrik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours