3 Senjata Kimia yang Diduga Digunakan Ukraina dan Rusia

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Sejumlah senjata kimia diduga digunakan dalam perang dengan Ukraina dan Rusia. Meski kedua negara menyangkal hal tersebut, bukti di lapangan sudah membuktikannya.

Seperti diketahui, penggunaan senjata kimia dilarang berdasarkan Konvensi Senjata Kimia. Namun, pihak-pihak yang bertikai seringkali melanggar perjanjian tersebut demi meraih kemenangan di medan perang.

Lantas senjata kimia apa saja yang diduga digunakan dalam perang antara Ukraina dan Rusia, berikut ulasannya seperti dilansir Inews.co.id, Jumat (10/11/2024):

1. Kloropikrin

Isu penggunaan kloropikrin muncul setelah Inggris menjatuhkan sanksi terhadap pemimpin militer Rusia dan asetnya akibat penggunaan senjata kimia di Ukraina. Hal ini terjadi setelah Moskow menuduh Ukraina melanggar Konvensi Senjata Kimia. Namun, auditor independen mengatakan mereka tidak memiliki bukti yang mendukung klaim kedua belah pihak.

“Pasukan Rusia secara terbuka mengakui menggunakan senjata kimia mematikan di medan perang, dengan meluasnya penggunaan agen pengendalian kerusuhan dan beberapa laporan penggunaan obat anti-toksin chloropicrin,” kata Kementerian Luar Negeri Inggris.

“Pelanggaran terang-terangan yang dilakukan Rusia terhadap Konvensi Senjata Kimia merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional.

Sasaran sanksi tersebut termasuk Letnan Jenderal Igor Kirillov, kepala pasukan pertahanan radiologi, kimia dan biologi Rusia, serta unit itu sendiri, dan dua laboratorium yang digunakan untuk tujuan penelitian militer.

Tuduhan ini menyusul tuduhan serupa di Amerika Serikat pada bulan Mei. Pemerintahan Biden mengklaim bahwa Rusia menggunakan kloropikrin, zat yang dilarang untuk penggunaan militer berdasarkan Konvensi Senjata Kimia.

Rusia membantah menggunakan kloropikrin atau melanggar perjanjian tersebut. Kloropikrin, bahan umum dalam pestisida, banyak digunakan pada Perang Dunia I dan dapat menyebabkan iritasi mata dan paru-paru.

2. Gas CS

Gas CS merupakan salah satu jenis gas air mata. Ukraina menuduh Rusia menggunakan bahan tersebut sebagai senjata. Gas ini secara legal digunakan oleh banyak pasukan polisi untuk mengendalikan kerusuhan namun dilarang untuk penggunaan militer.

Tentara Ukraina mengatakan gas tersebut digunakan untuk memaksa mereka meninggalkan rumah dan menyerang musuh. “Rusia menggunakan bahan kimia tidak mematikan seperti gas air mata untuk menyerang posisi kami,” kata Ihor Lutsenko, mantan anggota parlemen Ukraina yang kini bertugas di militer.

Pasukan militer Rusia di Ukraina telah menerbitkan foto granat K-51 yang biasanya digunakan untuk menyebarkan gas CS. Pakar senjata kimia telah mengidentifikasi granat K-51 yang ditemukan di medan perang. Penyelidik sumber terbuka juga melaporkan bukti penggunaan granat gas.

3.DM105

Rusia menuduh Ukraina menggunakan senjata kimia Barat yang dipandu oleh rudal asap di wilayah Kursk. Senjata tersebut adalah cluster NATO DM105 dengan aerosol klorin dan bahan pemblokiran di kota Sudzha dan menimbulkan beberapa korban jiwa.

Juru bicara Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), badan pengawas independen utama, mengatakan tidak ada klaim baru yang diterima dan mengutip laporan sebelumnya menyusul klaim AS.

“Federasi Rusia dan Ukraina dituduh melaporkan tuduhan penggunaan senjata kimia kepada Badan tersebut,” kata pernyataan itu.

“Pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak sejauh ini, serta informasi yang tersedia di sekretariat, belum cukup diverifikasi.”

OPCW belum menerima permintaan untuk menyelidiki klaim senjata kimia dari pihak mana pun. “Kami akan terus memantau situasi dan tetap siap dikerahkan,” ujarnya.

Penyelidikan apa pun bisa menghadapi tantangan serius, menurut Dr Marc-Michael Blum, pakar senjata kimia independen dan mantan kepala laboratorium OPCW.

Tantangan tersebut berupa dokumen lengkap, sampel senjata kimia, dan kesaksian korban. “Masalahnya adalah agen-agen ini tidak terlalu stabil di lingkungan, yang berarti mereka harus diambil sampelnya dengan cepat. Dan semua itu dilakukan di area di mana operasi tempur sedang berlangsung,” katanya.

Cangkang DM105 yang disediakan oleh Rusia untuk NATO, Dr. Blum mengatakan, upaya mengidentifikasi senjata kimia terlarang mungkin gagal, karena asap yang dikeluarkan bukan fungsi utamanya. “Untuk menjadi senjata kimia, fungsi utama bahan peledak harus mempunyai efek toksik. Tidak demikian halnya di sini,” katanya.

Ancaman penggunaan senjata kimia di Ukraina rendah karena kedua belah pihak telah menghancurkan bukti-bukti yang terbukti dalam penyelidikan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours