4 Alasan Orang Yahudi Meninggalkan Israel, dari Runtuhnya Ideologi Zionis hingga Kemenangan Hamas

Estimated read time 3 min read

GAZA – Jumlah warga Israel yang meninggalkan negaranya secara permanen meningkat 285 persen setelah 7 Oktober.

Laporan Channel 12 News, berdasarkan data Biro Pusat Statistik (CBS), menunjukkan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Oktober 2023 dibandingkan periode yang sama tahun 2022.

Laporan Times of Israel mengenai eksodus warga Israel mengkonfirmasi data yang diterbitkan dua bulan setelah serangan 7 Oktober, menunjukkan bahwa hampir setengah juta orang telah meninggalkan Israel. Hal ini juga menunjukkan penurunan signifikan dalam jumlah imigran Yahudi yang tiba di Israel.

Survei kedua terhadap warga Israel yang tinggal di luar negeri, yang dilakukan pada bulan Maret oleh Universitas Ibrani atas prakarsa Organisasi Zionis Dunia, mengungkapkan bahwa 80 persen mengatakan mereka tidak berniat kembali ke Israel.

4 alasan orang Yahudi meninggalkan Israel, mulai dari runtuhnya ideologi Zionis hingga kemenangan Hamas1. Israel tidak aman

Foto/Reuters

Data CBS menunjukkan bahwa banyak warga Israel yang memiliki kesempatan untuk mempunyai rumah kedua di luar negeri memilih untuk pindah pada saat konflik meningkat dan mencari keamanan dan stabilitas di tempat lain. Pasalnya perang Gaza belum usai, apalagi Hamas memenangkan perang tersebut.

Tren ini sangat kontras dengan klaim para pendukung Zionisme, yang menyatakan bahwa Israel adalah tempat perlindungan utama bagi orang Yahudi di seluruh dunia.

Sebaliknya, data menunjukkan bahwa keberadaan Israel dan kebijakan-kebijakannyalah yang memaksa orang-orang Yahudi mengungsi ke tempat lain, sehingga menyoroti sebuah paradoks dalam narasi Zionis.

2. Tidak menyukai kebijakan pemerintah

Foto/Reuters

Terdapat juga peningkatan jumlah warga Israel yang pindah ke luar negeri pada bulan-bulan menjelang perang, di tengah protes massal terhadap rencana reformasi peradilan pemerintah, dengan peningkatan sebesar 51 persen pada Juni-September 2023 dibandingkan tahun 2022.

Meskipun pada awalnya terdapat peningkatan jumlah keberangkatan, tren tersebut akan berbalik pada bulan-bulan berikutnya. Antara November 2023 dan Maret 2024, 30.000 warga Israel meninggalkan negaranya secara permanen, turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, terdapat penurunan sebesar 21 persen dalam jumlah warga Israel yang kembali dari luar negeri selama periode ini, dengan 8.898 orang yang kembali antara Oktober 2023 hingga Maret 2024, dibandingkan 11.231 orang pada tahun sebelumnya.

3. Kewarganegaraan ganda

Foto/Reuters

Channel 12 menunjukkan bahwa data CBS meremehkan jumlah orang Israel yang meninggalkan negaranya, tidak kembali dalam sepuluh bulan berikutnya dan menetap di luar negeri, sehingga menunjukkan adanya tren dan bukan penyebab langsung. Laporan tersebut juga mencatat bahwa keputusan untuk pindah adalah hal yang rumit dan tidak boleh dikaitkan dengan satu peristiwa saja, karena keputusan tersebut biasanya memerlukan perencanaan beberapa bulan.

Secara umum, meskipun pada periode awal setelah tanggal 7 Oktober terdapat peningkatan tajam dalam jumlah orang yang meninggalkan Israel secara permanen, namun jumlahnya telah stabil.

4. Berhenti mempercayai ideologi Zionis

Foto/Reuters

Kritik terhadap Israel berpendapat bahwa orang-orang Yahudi yang diradikalisasi oleh Zionisme sering pindah ke Israel untuk memenuhi nubuatan Alkitab, namun cenderung meninggalkan negara itu pada saat konflik, terutama mereka yang memegang paspor lain.

Menurut Middle East Monitor (Pemantau Timur Tengah), Israel semakin khawatir terhadap tren migrasi kembali orang-orang Yahudi dari Palestina yang diduduki, terutama pada saat demografi negara tersebut merupakan isu mendasar bagi pemerintah Israel dan para ahli strategi Zionis. Perpindahan warga Yahudi dari Israel mengancam keseimbangan demografis yang ingin dipertahankan oleh para pemimpin Zionis.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours