5 Kasus Serangan Ransomware Terhadap Pemerintah di Seluruh Dunia

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Pemerintah Indonesia gagal. Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya, Jawa Timur, mati akibat serangan ransomware Branchiper.

Dalam beberapa tahun terakhir, serangan ransomware meningkat.

Faktanya, dalam 10 tahun terakhir, banyak terjadi insiden serangan ransomware terhadap pemerintah berbagai negara.

Berikut beberapa contoh kasus yang paling populer:

1. WannaCry (2017) Serangan ransomware ini menginfeksi lebih dari 200.000 komputer di 150 negara, termasuk Sistem Kesehatan Nasional Inggris (NHS). WannaCry meminta pembayaran dalam bentuk Bitcoin untuk setiap komputer yang terinfeksi. Serangan tersebut menyebabkan kerugian miliaran dolar dan gangguan parah terhadap layanan publik.

2. NotPetya (2017) Serangan ransomware ini pertama kali menargetkan perusahaan Ukraina, namun menyebar ke seluruh dunia. NotPetya menyebabkan kerugian miliaran dolar, dan tindakan perusahaan-perusahaan besar, termasuk Maersk dan FedEx.

3. Ryuk (2018) Serangan ransomware ini menyasar pemerintah kota Atlanta, Amerika Serikat. Ryuk meminta pembayaran dalam Bitcoin, namun pemerintah kota menolak membayar. Serangan itu sangat mengganggu layanan kota dan menyebabkan kerugian jutaan dolar.

4. SamSam (2018) Serangan ransomware ini menyasar pemerintah kota Atlanta, Amerika Serikat. Serangan itu sangat mengganggu layanan kota dan menyebabkan kerugian jutaan dolar.

5. REvil (2021) Serangan ransomware ini menargetkan perusahaan teknologi Kaseya, yang menyediakan perangkat lunak manajemen TI ke ribuan perusahaan di seluruh dunia. REvil meminta uang tebusan sebesar USD70 juta dalam bentuk Bitcoin, namun Kaseya menolak membayarnya. Serangan-serangan ini telah mengganggu operasional banyak perusahaan dan menyebabkan kerugian jutaan dolar.

Akhir dari kasus ini Tidak semua korban ransomware membayar uang tebusan. Beberapa korban mampu memulihkan data mereka dari cadangan atau menggunakan alat dekripsi yang disediakan oleh peneliti keamanan.

Namun, banyak korban yang terpaksa menanggung akibatnya karena tidak punya pilihan lain.

Membayar uang tebusan tidak menjamin bahwa penyerang akan melepaskan kunci dekripsi. Faktanya, ada kasus di mana penyerang meminta pembayaran tambahan setelah korban awal dibayar. Oleh karena itu, membayar pembelian bukanlah pilihan yang baik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours