5 Perang Menyeret Hizbullah, Salah Satunya Menghadapi Negara-negara Barat

Estimated read time 4 min read

Beirut – Ada sejumlah perang di Timur Tengah yang melibatkan Hizbullah. Kelompok pejuang yang bermarkas di Lebanon ini telah terlibat dalam beberapa konflik, termasuk konflik dengan Israel yang hingga saat ini belum terselesaikan.

Menurut CFR, Hizbullah adalah kelompok Syiah yang didukung oleh Iran dan dianggap sebagai kelompok non-negara paling kuat di Timur Tengah.

Mereka memiliki kekuatan yang signifikan di Lebanon dan beroperasi sebagai partai politik Islam Syiah dan kelompok militan.

Pada dasarnya, Hizbullah menentang Israel dan negara-negara Barat yang beroperasi di Timur Tengah, dan bertindak sebagai proxy bagi Iran. Kelompok ini didirikan pada masa kekacauan dan perang saudara di Lebanon sekitar tahun 1975.

Perang menyeret Hizbullah

1. Perang saudara di Lebanon

Hizbullah muncul selama perang saudara di Lebanon yang pecah pada tahun 1975. Populasi Sunni bertambah seiring dengan kedatangan pengungsi Palestina di Lebanon, sementara umat Syiah merasa semakin terpinggirkan oleh minoritas Kristen yang berkuasa.

Di tengah pertempuran tersebut, pasukan Israel menginvasi Lebanon selatan pada tahun 1978 dan sekali lagi pada tahun 1982 untuk mengusir gerilyawan Palestina yang menggunakan wilayah tersebut sebagai basis mereka.

Kelompok Syiah, yang dipengaruhi oleh pemerintahan teokratis di Iran, kemudian mengangkat senjata untuk melawan Israel pada tahun 1979.

Ini adalah pertama kalinya terjadi perang dengan Hizbullah, begitu pula perang yang mempertemukan kelompok pejuang Syiah ini.

2. Perang saudara di Suriah

Keterlibatan Hizbullah dalam perang saudara di Suriah dimulai pada tahap pertama pada tahun 2011.

Kelompok ini menjadi salah satu kekuatan yang paling aktif dalam konflik; Bahkan pada tahun 2014 mereka mengerahkan seluruh kekuatan di Suriah.

Perang saudara di Suriah terjadi karena ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Bashar al-Assad. Hal ini menyebabkan pemerintah mulai mengambil tindakan keras, yang kemudian disusul dengan pemberontakan bersenjata oleh beberapa kelompok masyarakat.

Negara-negara NATO dan GCC diketahui memasok senjata kepada pemberontak, sementara Iran dan Rusia memasok senjata kepada pemerintah.

Tak hanya Hizbullah, ISIS juga ikut serta dalam perang saudara tersebut.

3. Perang antar pejuang Syiah

Perang tersebut merupakan perang dengan dua gerakan utama milisi Syiah di Lebanon, yaitu Amal dan Hizbullah.

Perang tersebut pecah pada bulan April 1988 dan terjadi secara berkala dalam tiga fase pada tahun-tahun berikutnya.

Gerakan Amal didirikan pada tahun 1974 sebagai sayap bersenjata gerakan pengusiran ulama Syiah populer Musa al-Sadr.

Amal kemudian mendukung tentara Suriah yang melakukan intervensi terhadap Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Hal ini menyebabkan Hizbullah melakukan intervensi dan melakukan perlawanan sekaligus di Lebanon selatan dan di pinggiran selatan Beirut.

Konflik tersebut akhirnya berakhir setelah penandatanganan perjanjian pada bulan November 1990, yang ditengahi oleh masing-masing pendukung asing, Suriah dan Iran.

4. Konflik dengan Israel

Keterlibatan pertama kedua belah pihak terjadi selama Perang Saudara Lebanon, ketika Iran semakin terlibat dalam urusan dalam negeri Lebanon.

Dimana Hizbullah mempunyai satu tujuan yaitu sebagai kekuatan tempur pemimpin tertinggi Iran Khomeini yang menentang pendudukan Israel di Lebanon selatan.

Tak hanya itu, Hizbullah diketahui menentang pemerintahan kolonial Israel di tanah Palestina.

Hal ini membuat konflik kedua belah pihak seolah-olah tidak akan pernah berakhir hingga salah satu dari mereka hancur.

Hingga saat ini, Hizbullah dan Israel masih saling serang. Setelah Tel Aviv melakukan invasi darat di Lebanon, Hizbullah membalasnya dengan serangan pesawat tak berawak.

Partisipasi Hizbullah dalam konflik terkini di Timur Tengah merupakan bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina. Sementara Israel selalu ingin menghancurkan seluruh sekutu Iran yang tersebar di Timur Tengah.

5. Perlawanan terhadap teror

Perang Melawan Teror, yang secara resmi disebut Perang Global Melawan Terorisme (GWOT), adalah kampanye militer anti-teroris global yang diprakarsai oleh Amerika Serikat setelah serangan 11 September 2001, dan merupakan konflik global multi-perang terbaru.

Sasaran utama kampanye ini adalah gerakan militan seperti Al Qaeda, Taliban dan sekutunya. Sasaran utama lainnya termasuk rezim Ba’ath di Irak, yang digulingkan dalam invasi tahun 2003, dan berbagai faksi pemberontak yang bertempur dalam pemberontakan berikutnya.

Presiden Amerika George Bush pertama kali menggunakan istilah “perang melawan teror” pada 16 September 2001.

Konflik pertama adalah melawan al-Qaeda, dengan teater utama di Afghanistan dan Pakistan, wilayah yang kemudian disebut “Afpak”.

Perang melawan teror yang dilakukan koalisi Barat tidak berhenti sampai di situ. Ketika pecah perang antara Hamas dan Israel pada tahun 2023, gerakan GWOT dikerahkan untuk melindungi pasukan Houthi yang membajak kapal Israel.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours