7 Keturunan Tionghoa dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia, Siapa Saja?

Estimated read time 4 min read

Masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat, tanpa memandang jenis kelamin, usia atau latar belakang etnis, ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu kelompok yang memegang peranan penting adalah kelompok etnis Tionghoa yang tinggal di pulau tersebut.

Mereka berjuang tanpa pamrih, di medan perang, di dunia politik, sebagai pengamat dan dokter. Inilah tujuh pahlawan asal Tionghoa yang ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia:

1. Kebohongan Insinyur Hook

Lee Eng Hock lahir di Balaraja, Tangerang pada tanggal 7 Februari 1893, dan merupakan salah satu orang Tionghoa yang memperjuangkan kemerdekaan India.

Memulai karirnya sebagai reporter surat kabar Tiongkok pada tahun 1910-an, Lee Eng-hock mulai terkenal setelah memimpin Pemberontakan Banten pada tahun 1926.

Dalam perannya ini, ia memantau pergerakan pasukan Belanda dan memberikan informasi penting kepada para penyerang. Oleh karena itu, ia ditangkap dan dibawa ke Boven Digwell (Tanah Merah), Papua, selama lima tahun sejak tahun 1927 hingga 1932.

Meski Belanda menawarinya kerja sama, Lee Eng Hock memilih tetap setia berperang dengan menjalani kehidupan sederhana sebagai pembuat sepatu.

Karyanya diakui oleh pemerintah Indonesia, dan pada tahun 1959, dua tahun sebelum kematiannya, ia dianugerahi gelar Pelopor Kemerdekaan Indonesia. Lie Eng Hok dimakamkan di Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang.

2. Yohanes berbohong

Jun Li atau dikenal dengan nama Daniel Dharma adalah seorang pejuang Tiongkok kelahiran Manado pada tanggal 9 Maret 1911. Ia merupakan seorang perwira angkatan laut pada masa penjajahan Jepang.

John Lee terkenal karena berhasil mendobrak blokade Belanda di Sumatra dan menukar perbekalan Indonesia dengan senjata.

Kapal-kapal yang dikomandoinya selalu lolos dari kejaran musuh. Pada tahun 1950, John Lee juga aktif dalam menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) dan pemberontakan PRRI. Atas usahanya, ia dianugerahi gelar Juara Nasional pada tahun 2009.

3. Shaw Boon Bernyanyi

Shaw Boon Seng adalah seorang seniman yang aktif dalam rombongan teater Dardanila di Aceh pada tahun 1920-an, dan pada tahun 1926, ia pindah ke Padang dan bergabung dengan kelompok tempur yang dipimpin oleh Letkol Ismail Lingah.

Boon Sing, seorang ahli seni teater, ditugaskan untuk memata-matai Bao An Tui, kelompok Tionghoa pro-Yordania. Setelah kemerdekaan, ia bergabung dengan Tentara Bagaroyong, yang ikut serta dalam menumpas pemberontakan DI/TII, dan aktivitas lainnya. Show Boon Seng meninggal pada tahun 2000 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

4. Jayed Thwam

Tjia Geok Tuam, Basuki Hidayat, lahir di Surabaya pada tahun 1927. Ia mulai berperang melawan Belanda pada usia 18 tahun dengan bergabung dalam Pasukan 19 Korps Kadet Jawa Timur (CMDT).

Perjuangannya berlanjut hingga tahun 1950, ketika ia mengundurkan diri dari militer untuk melanjutkan studi di Universitas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. Tjia Giok Thwam mendapat banyak penghormatan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Soropati, Malang.

5. Ungkapan Sie King Lien

Ferry Si Keng Lian lahir pada tahun 1933 di Surakarta, Jawa Tengah. Pada usia enam belas tahun, ia ikut perang di Sulu pada tahun 1949. Bersama keempat temannya, ia mengemban misi mengerahkan rakyat untuk melawan Belanda.

Sayangnya, ia tewas dalam salah satu pertempuran setelah ditembak tentara Belanda. Sie Raja Lien dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Jurug, Sulu.

6. Ong Chung Ping

Ong Tjong Peng, atau Daya Sabdo Kasoro, adalah seorang dokter yang merawat korban perang pada 10 November 1945 di Surabaya.

Setelah menjadi dokter gigi pada tahun 1953, ia bergabung dengan tentara sebagai pegawai pemerintah dan dipromosikan menjadi kapten dua tahun kemudian. Ia aktif dalam kegiatan militer dan mendirikan rumah sakit militer di Jayapura.

Ong Tzong Ping pensiun pada tahun 1976 dengan gelar Kolonel.

7. Su Hock Ji

Swe Hock Ji adalah seorang reformis kelahiran Jakarta pada 17 Desember 1942. Meski tidak terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan, Ji dikenal sebagai salah satu pionir gerakan mahasiswa melawan pemerintah.

Ia mampu mengutarakan pendapatnya melalui artikel yang dimuat di berbagai surat kabar. Swe Hock Jee meninggal pada tahun 1969 saat mendaki Gunung Semeru, namun memoarnya tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi pejuang asal Tionghoa lainnya yang ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ingatlah dan jadilah teladan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours