Perdosni tekankan pencegahan migrain untuk tingkatkan produktivitas

Estimated read time 3 min read

Batavia (ANTARA) – Perkumpulan Neurologi Tortores Indonesia (Perdosni) menekankan pentingnya pencegahan nyeri atau nyeri pada bagian kepala yang berdenyut (migrain) untuk meningkatkan produktivitas manusia. “Proyeksi preventif merupakan hal terpenting bagi perusahaan, pekerja, lingkungan hidup dan keluarga, agar mereka sadar dan meminta bantuan yang tepat sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya,” kata Presiden Dr. Perdosni. Dodik Taskworo P, Sp.N. Subsp.NIOO(K), MH, pada debat “To Rule, Win Migraine” yang digelar di Batavia, Rabu. Dokter spesialis saraf mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang ini mengatakan, migrain bukanlah penyakit sakit kepala yang umum terjadi, namun seringkali menyebabkan kecacatan yang signifikan pada area tersebut. Menurut studi Global Burden of Disease tahun 2019, migrain merupakan penyebab kecacatan nomor dua di dunia baik pada pria maupun wanita. Baca juga: Kenali perbedaan migrain kanan dan kiri Baca juga: Kenali pemicu yang sering menyebabkan migrain Studi juga menunjukkan bahwa setidaknya lebih dari satu miliar orang di dunia pernah mengalami setidaknya satu migrain seumur hidupnya dan sekitar 148 juta di antaranya menderita migrain kronis. Untuk itu, ia menekankan pentingnya dukungan dari seluruh lapisan untuk memastikan penanganan migrain, termasuk dukungan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pasien migrain, khususnya di tempat kerja. Menurutnya, Perdosni bekerja sama dengan pemangku kepentingan antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Ketenagakerjaan, dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia untuk membahas pentingnya pencegahan, deteksi, dan penanganan migrasi dini secara sosial agar tidak menghambat aktivitas masyarakat. “Pemerintah diharapkan dapat membantu mendorong penerapan deteksi dini migrain, serta meningkatkan kemampuan dokter layanan primer dalam melakukan deteksi migrain, serta menciptakan lingkungan yang mendukung bagi penderita migrain.” pepatah. Baca juga: Cara Membedakan Vertigo Biasa dan Migrain. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Satgas Perdosni, Dr. Devi Ariani Sudibyo, Sp.N(K) mengatakan, lebih dari satu miliar orang di dunia menderita migrain. Tingkat kejadian migrain secara global adalah sekitar 8,1 per 1.000 orang per tahun, dengan perempuan menderita lebih banyak dibandingkan laki-laki dengan rasio 3:1. Di Indonesia, prevalensi penderita migrain berkisar antara 11.000 hingga 12.000 per 100.000 penduduk. Ia mengatakan, pemicu migrain antara lain bisa disebabkan oleh perubahan hormonal, stres, konsumsi makanan tertentu (seperti keju, alkohol, kafein), pola makan dan tidur tidak teratur, bau menyengat, cahaya terang, dan konsumsi obat-obatan berlebihan. Lainnya Selain itu, migrain juga dipengaruhi oleh faktor genetik, terutama jenis sakit kepala aura. Migrain dengan aura merupakan tanda pencetus sakit kepala yang meliputi gangguan penglihatan (mata terasa ringan), leher kaku, dan kesemutan pada ekstremitas. Sebanyak 25 persen penderita migrain akan mengalami serangan migrain selama 4 hari atau lebih (per bulan) dengan nyeri hebat, 35 persen hanya akan merasakan nyeri hebat selama 3 hari, dan 40 persen sisanya akan mengalami 1 hari per bulan. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya sosialisasi pencegahan migrain untuk menghindari risiko stroke, gangguan kejiwaan, dan kecacatan. Prevalensi migrain meningkat satu tahun seiring bertambahnya usia pada pria dan wanita, mencapai puncaknya pada usia 35 hingga 45 tahun. Prevalensi meningkat pada kelompok berpenghasilan rendah, kata Devi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours