Rupiah Melemah ke Rp16.435/USD, Sri Mulyani Waspadai Pasar Global

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani mengatakan, akibat ketidakstabilan politik dunia, pihaknya tetap perlu mewaspadai pergerakan pasar keuangan dalam negeri. Dampaknya terlihat pada rupee yang melemah hingga Rp 16.431 terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Mei 2024.

“Secara global, semakin banyak bukti bahwa Federal Reserve tidak akan menurunkan suku bunga seperti yang diharapkan pasar,” kata Shri Mulyani dalam konferensi pers APBN edisi Juni 2024, Kamis (27/6/2024).

Pasar, lanjut Menkeu, mengharapkan penurunan sebesar 4-5 kali lipat pada tahun ini, namun The Fed masih memiliki posisi stabil di level 5,5% dan tidak ada tanda-tanda penurunan tentunya masih ada. besarnya harapan penurunan hanya terjadi setahun sekali.

“Hal ini berujung pada pengingkaran atau kinerja ekspektasi pasar yang buruk, kemudian terjadi reaksi balik. Hal ini terutama terlihat dari bulan April hingga Mei lalu, jika minyak diimpor dalam negeri kita, hal itu menyebabkan penguatan indeks dolar. terhadap depresiasi mata uang, termasuk rupee kita.” , – jelasnya.

Rupiah melemah 6,58% (ytd) sejalan dengan beberapa negara emerging market, namun pemulihan Brazil lebih dalam.

Atau kalau sekarang Jepang mengalami penurunan yang sangat parah, bahkan pada level dibandingkan tahun 1996, itu akan meningkatkan kekuatan negara mitra dagang kita, kata Sri Mulyani.

Pada saat yang sama, Departemen Keuangan AS juga menghadapi pertumbuhan, sehingga menurut Neraca Uang, tidak mengalami penurunan, sedangkan Departemen Keuangan AS menghadapi defisit yang tinggi, sehingga memaksa Departemen Keuangan AS untuk menyediakan lebih banyak. menyebabkan penurunan harga utang dan peningkatan imbal hasil.

Menteri Keuangan mengatakan Treasury AS berada di 4,25%, tertinggi sejak April. Pemerintah memandang pasar saham, pasar global, dan obligasi sukuk sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan. “Karena kekuatan muncul dengan pasar saham ini dan berenang pun terjadi,” katanya.

Selanjutnya, pasar SBN memiliki arus kas sebesar Rp42,37 triliun (ytd) atau inflow sebesar Rp7,29 triliun per juta. Sementara pasar saham mencatatkan outflow sebesar Rp6,14 triliun (ytd) atau Rp2,01 triliun (mtd).

“Jadi, ketika total outflow di bulan Juni mencapai Rp9,3 triliun, kita harus bisa mengikuti APBN, kebijakan moneter, berbagai faktor yang mempengaruhi nilai tukar nanti, dan mengikuti respon cepat. keuangan,” jelas Sri Mulyani.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours