Mahfud MD Sebut Penanganan Kasus Vina Cirebon Unprofessional, Ada Permainan

Estimated read time 3 min read

Jakarta – Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhuka) Mahfud MD menilai kasus pembunuhan Wina dan Ek pada 2016 di Cirbon tidak profesional. Beberapa ahli konstitusi bahkan menyalahkan permainan tersebut.

Hal itu diungkapkan Mahfoud MD dalam kanal YouTube pribadinya, Selasa (11/6/2024) malam. Awalnya, Mahfud menegaskan bahwa undang-undang di Indonesia sering mengalami perubahan.

“Dia menunjukkan kembali berapa kali hukum di negara kita bisa ditegakkan. Saya tidak mau bilang mereka selalu memanipulasi, tapi mereka sering memanipulasi dalam hal tanggung jawab atau bahkan uang,” kata Mahfoud.

“Kalau saya bilang hukum kita selalu dipelintir, itu salah karena hukum. Kasus hukum di Indonesia ada puluhan ribu kan? Ada kasus 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 , 10 dan seterusnya yang artinya “Itu bagian dari perubahan,” ujarnya.

Mahfoud mengungkap kasus pembunuhan Vina dan Eki di Tirbon yang terjadi beberapa tahun lalu. Kasus ini menjadi terkenal setelah penembakan. “Saya tidak tahu banyak tentang Vina, tapi beginilah struktur kasusnya, 10 atau 11 orang terlibat dalam pembunuhan Vina, lalu mereka diajukan ke pengadilan, 10 atau 11 orang dalam laporan. “11 orang dibawa ke pengadilan, 3 orang melarikan diri, 8 orang dihukum,” ujarnya.

“Iya, setelah keluar (film) Vina: Sampai 7 hari kemudian, kasus ini muncul lagi, kemana orang ini pergi, resmi diumumkan ada 3 orang yang dicari, A, B, C, D. Jadi ini adalah kasus pertama,” kata Mahfoud.

Dalam penetapan kasus tersebut, Mahfoud menilai ada ketidakprofesionalan di pengadilan. Malah katanya ada permainan di sana.

“Jadi menurut saya bukan sekadar tidak profesional, menurut saya ini permainan sungguhan. Tidak profesional bisa sangat tidak profesional, ceroboh, tidak profesional. Tapi kalau ada permainan untuk melindungi seseorang atau untuk menutupi suatu tagihan,” ujarnya.

“Yah, menurut saya ini lebih dari sekadar tidak profesional, ini adalah sebuah permainan. jadi kenapa dulu 8 diambil karena katanya 3 kabur, 8 divonis penjara tanpa saya. Kalau salah salah satunya divonis penjara seumur hidup ya, hukumannya lama,” kata Mahfoud.

Dikatakannya, ada permasalahan yang perlu dicermati, delapan tahun lalu ada tiga orang yang ditunjuk menjadi DPO namun sejak dibubarkan kembali hanya ada dua DPO. Bahkan, salah satu DPO yang ditangkap mengaku bukan tersangka yang kini diketahui publik bernama Peggy Setiawan alias Perong.

“Terus yang ketiga ini terlupakan sampai 8 tahun kemudian muncul lagi dan muncul di film baru. Masyarakat kaget lagi, dibuka lagi. Lucu lagi, bahkan dari laporan resmi sebelumnya ada pernyataan resmi yang mengumumkan bahwa ada tiga orang yang dicari, tapi sekarang mereka mulai melihat “Ada dua masalah, yang satu Peggy ditangkap, dan kesaksian dimulai, bukan orangnya, dan Peggy sendiri mengakui bahwa dia yang melakukannya. Peggy Entah Siapa Yang Ditangkap, Apakah Ini Nama Peggy Sekarang?

“Dan yang kedua, dua orang yang buron ini, bagaimana bisa sekarang mereka mengatakan bahwa mereka salah nama, kok sudah lama ada yang menyelidiki alasan dipanggil, dan mereka salah memberikan nama. ” Jadi dianggap tidak. Tidak ada yang lain selain Peggy, Peggy juga skeptis, itu sah-sah saja,” ujarnya.

Oleh karena itu, Mahfud berharap Prabowo Subianto yang akan segera dilantik menjadi Presiden RI mampu menyelesaikan permasalahan yang sama. Menurut dia, permasalahan seperti itu tidak akan merugikan politik Prabowo.

“Saya kira kalau Pak Prabowo menyelesaikan permasalahannya seperti ini, tidak akan merugikan permasalahan politiknya. atau perekonomiannya. Kejahatan dan korupsi di pengadilan, dimana tidak ada lagi pejabat tinggi publik yang memiliki kepentingan politik, ikut terlibat. Ini adalah tingkat kepolisian yang salah, ini adalah sebuah kejahatan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours