Lutut kaku saat bangun tidur, waspada pengapuran sendi

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Konsultan ahli bedah ortopedi, konsultan pinggul dan lutut, lulusan Universitas Pajajaran Dr. Kiki Novito Sp.OT(K) mengatakan siapa pun yang bangun tidur dengan perasaan kaku pada lutut harus mewaspadai tanda-tanda radang sendi, terutama pada kelompok usia 45-50 tahun.

“Usianya di atas 45-50 tahun, dia tidak bisa langsung berdiri saat bangun tidur, lututnya kaku saat ingin bergerak, dia tidak bisa langsung membungkuk, perlu beberapa menit untuk berjalan, hati-hati. ,” dia berkata. kata Kiki kepada media saat peresmian peralatan operasi lutut di RS Medistra Jakarta, Selasa.

Kiki mengatakan, kekakuan pada lutut ini disebabkan oleh semakin meningkatnya derajat radang sendi pada sendi yang dapat dinilai dari 0 hingga 4. Pada suhu 0 derajat anda dapat memastikan lutut anda sehat, pada suhu 1-2 derajat anda dapat melihat bahwa anda tidak dapat langsung menekuk lutut ketika bangun dari kebiasaan anda.

Pada tahap selanjutnya, rasa nyeri dan kaku pada lutut berangsur-angsur hilang, namun persendian terasa nyeri saat berjalan jauh. Derajat keempat adalah yang paling parah karena tulang paha dan tibia bertemu dan tidak terdapat tulang rawan.

Untuk mencegah pengapuran sendi, Kiki menyarankan untuk melakukan banyak aktivitas yang memperkuat otot sendi, seperti berjalan kaki dan angkat beban, agar cairan sendi merata dan pergerakannya fleksibel.

“Cara melakukan aktivitas yang menguatkan otot sendi sebaiknya dengan gerakan agar cairan sendi merata. Olah raga sebaiknya dilakukan 3-4 kali seminggu selama 30 menit. Olah raga bisa berupa jalan kaki di gym, lari, bersepeda, bermain beban,” dia berkata.

Ketua Persatuan Pinggul dan Lutut Indonesia ini mengatakan, gaya hidup olahraga yang menguatkan otot sendi bisa dimulai sejak usia muda, karena massa otot mulai menurun pada usia 35 tahun.

Jika Anda tidak berolahraga atau tidak berolahraga, Anda akan kehilangan massa otot dan mengalami kalsifikasi yang lebih parah.

Secara khusus, penderita arthritis genetik atau keturunan perlu aktif secara fisik untuk menjaga berat badan yang sehat agar tidak memberikan tekanan pada persendian.

“Karena tidak semua orang yang mengalami obesitas menderita radang sendi, dan tidak semua penderita radang sendi mengalami obesitas, maka tidak menutup kemungkinan banyak pasien yang kurus memiliki penyakit genetik yang mana jika massa ototnya hilang maka kekuatannya akan menurun,” ujar dokter yang berpraktik di Medistra. Rumah Sakit di Jakarta.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours