Jepang peringatkan kejahatan seks pasukan AS tak dapat ditoleransi

Estimated read time 2 min read

ISTANBUL (ANTARA) – Jepang memperingatkan kasus kekerasan seksual di negaranya yang melibatkan militer AS tidak akan ditoleransi dan mendesak Washington untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Mengekspresikan kesedihan yang mendalam atas terungkapnya lima kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh tentara AS, Menteri Luar Negeri Yoko Kamikawa, seperti dilansir di Anadolu, Jumat, mengatakan peristiwa tersebut terjadi sehingga ia merasa tidak akan menerimanya.

“Insiden tersebut menimbulkan banyak kecemasan di masyarakat,” kata Kamikawa.

Kamikawa menanggapi pertanyaan wartawan tentang peningkatan kekerasan yang dilakukan militer AS. Sekitar 50.000 tentara AS ditempatkan di Jepang berdasarkan perjanjian pertahanan bilateral, sekitar setengahnya berada di Okinawa.

“Ini adalah sesuatu yang tidak boleh terjadi. “Kejadian ini sangat disayangkan, tapi ketika saya memikirkan para korban… Saya merasa sedih sebagai menteri luar negeri,” katanya, merujuk pada pekerjaannya di Satuan Tugas Perempuan, Perdamaian dan Keamanan.

Ia mengatakan melakukan kejahatan seks merupakan tantangan besar. Kamikawa menekankan bahwa mereka mempromosikan ide dan konsep yang mencakup perlindungan hak-hak perempuan dan martabat perempuan.

“Pencegahan kekerasan yang dilakukan militer… dan upaya untuk mendapatkan pekerjaan dan hukuman adalah hal yang kami tekankan,” katanya.

Kamikawa melanjutkan dengan mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri akan mendukung pihak Amerika untuk beberapa tindakan dan juga meminta kehati-hatian dalam mencegah insiden.

Terkait kekhawatiran yang disampaikan pihak berwenang di Okinawa, Kamikawa mengatakan Gubernur Okinawa Denny Tamaki mengeluhkan hal tersebut dan meminta adanya diskusi yang baik mengenai kejadian tersebut.

Sebagai tanggapan, Pentagon menyatakan penyesalannya atas kejahatan seksual yang dilakukan oleh tentara AS di tanah Jepang dan mengatakan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin sedang memantau perkembangannya.

Sumber: Anatolia

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours