Biaya Visa Pelajar Meroket, Guru Besar IPB: Kejayaan Pendidikan Australia Makin Memudar

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Rencana pembatasan jumlah pelajar internasional yang dilakukan pemerintah federal Australia mengejutkan banyak pihak. Langkah pertama menuju batasan tersebut adalah dengan menaikkan biaya visa pelajar dari $710 menjadi $1,600 mulai 1 Juli 2024.

Prof. Ronny Rachman Noor, Guru Besar Universitas IPB, memperkirakan kebijakan kenaikan biaya visa pelajar akan menjadi permasalahan besar bagi perguruan tinggi di kawasan Kanguru.

Baca Juga: Mau Kuliah ke Luar Negeri Gratis? Terdapat 26 universitas di Australia yang menawarkan beasiswa

Menurut Atase Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Atdikbud) di Australia pada tahun 2012-2016, hal tersebut berarti matinya era kejayaan pendidikan Australia yang selama ini mengandalkan mahasiswa internasional sebagai bagian dari pendidikannya.

Situasi ini diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Australia karena jumlah pelajar asing diperkirakan akan turun secara signifikan, ujarnya dalam rilis yang dikutip Minggu (7/7/2024).

Baca Juga: 10 Kamp Terbaik di Australia yang Bisa Jadi Pusat Pelatihan LPDP, Ini Daftarnya.

Sebagai gambaran, pada periode Juli 2023-Mei 2024, jumlah visa pelajar yang dikeluarkan mencapai 440.000.

“Tidak dapat disangkal bahwa kehadiran pelajar internasional di Australia memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian riil Australia. Dengan biaya visa sebesar ini, mendapatkan visa lebih baik daripada kebanyakan negara kompetitif lainnya,” jelasnya.

Pelajar internasional di Australia, katanya, merupakan tulang punggung pendapatan negara, yang bernilai $40-$50 miliar per tahun. Jumlah mahasiswa asing di Australia hingga Februari 2024 hanya mencapai 713.144 orang. Dengan angka sebesar ini, mahasiswa asing menyumbangkan mata uang asing dalam jumlah besar kepada pemerintah Australia.

Baca Juga: 21 Universitas di Australia Sebagai Tempat LPDP, Lengkap dengan Sekolah Pengajaran

Lalu ada kebijakan kenaikan biaya visa dari Australian International Education Association. Mereka mengatakan bahwa kebijakan pemerintah Australia yang mengejutkan ini penting bagi sistem pendidikan internasional Australia.

Kebijakan ini memicu keributan dan kemarahan di kalangan pelajar internasional yang belajar di Australia. Selain itu, kenaikan biaya visa bukan satu-satunya tekanan yang dialami pelajar internasional. Mereka harus menawarkan suku bunga deposito yang sangat tinggi.

Baca Juga: Kuliah ke Australia, Pemuda Asal Kendal Ini Hadirkan Startup Hetero Space Services Milik Ganjar

Selain itu, biaya hidup, biaya pendidikan, biaya hidup dan asuransi pendidikan di Australia telah meningkat secara signifikan selama 20 tahun terakhir. Hal ini, kata Prof Ronny, menunjukkan semakin lemahnya perekonomian Australia.

“Seiring dengan melambatnya perekonomian Australia, jumlah beasiswa dan pendanaan yang diberikan kepada universitas pun berkurang,” jelasnya.

“Jika dilihat lebih dalam, nampaknya kenaikan biaya visa akan menghasilkan lebih banyak uang untuk pendidikan, dengan pengurangan pinjaman lulusan, pendanaan keuangan untuk magang dan implementasi rencana imigrasi,” kata Prof Ronny.

Berdasarkan analisisnya, terlihat pemerintah Australia ingin mengurangi jumlah mahasiswa internasional demi meningkatkan kualitasnya. Salah satunya adalah terjaganya jumlah pengunjung yang meningkat signifikan pascapandemi COVID-19 hingga mencapai 528 ribu orang pada tahun 2022-2023.

Sebelum konflik politik antara Tiongkok dan Australia, pelajar internasional asal Tiongkok mencapai lebih dari 150 ribu orang, menjadikannya salah satu negara dengan pelajar terbanyak yang belajar di Australia. Di Indonesia rata-rata jumlahnya sekitar 11.000 orang per tahun.

“Jika ditilik lebih dalam, aksesibilitas dan kualitas pendidikan menjadi dua alasan utama mengapa Australia menjadi salah satu tujuan studi terpopuler,” ujarnya.

“Namun, selama 20 tahun terakhir, biaya pendidikan di Australia meningkat drastis, sehingga banyak penyedia pendidikan memilih negara lain untuk menyekolahkan siswanya karena lebih mudah,” ujarnya.

Sebagai gambaran, pengiriman satu mahasiswa untuk belajar ke Australia untuk meraih gelar sarjana atau doktor setara dengan 4-5 mahasiswa menyelesaikan studinya di Indonesia atau negara lain di kawasan Asia yang tingkat pendidikannya sama dan tingkat pendidikannya lebih rendah.

Ia yakin kenaikan biaya pendidikan dan visa akan mempengaruhi hubungan Australia dengan negara tetangga di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Indonesia.

Karena mereka ingin mengirim pelajarnya ke negara lain, termasuk Inggris, yang biaya visanya hanya $900 dan biaya pendidikannya sama atau bahkan lebih murah. Selain itu, dibandingkan dengan Kanada dan Amerika, biaya visanya relatif rendah.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours