Akibat Kasus Robot Bunuh Diri, Korsel Lakukan Evaluasi Jam Kerja

Estimated read time 2 min read

SEOUL – Pertama kali di Korea Selatan, pihak berwenang melaporkan bahwa robot yang bekerja sebagai pegawai negeri di Dewan Kota Gumi ‘membunuh dirinya sendiri’.

Media internasional memberitakan bahwa robot yang telah digunakan sejak Oktober 2023 itu harus mengirimkan dokumen, memberikan informasi kepada warga, dan mempromosikan pariwisata Korea Selatan dengan pekerjaan serabutan mulai pukul 09.00 hingga 18.00.

Diduga ia melompat dari tangga untuk mengakhiri ‘ceritanya’, diduga karena ‘stres’ akibat tekanan pekerjaan yang tinggi.

Namun para ahli mengatakan bahwa robot tersebut mungkin mengalami kesalahan teknis karena beban kerja yang meningkat.

Korea Selatan telah menggunakan robot di berbagai bidang selama bertahun-tahun.

Kejadian tersebut mengejutkan warga Korea Selatan yang melihat robot tersebut berputar ke satu sisi sebelum terjatuh dari tangga dan menyebabkan kehancurannya.

Robot tersebut merupakan produk perusahaan asal California, Bear Robotics.

Kejadian ini membuat masyarakat di Indonesia mempertanyakan etika melakukan outsourcing pekerjaan dalam jumlah besar ke robot.

Menanggapi kejadian tersebut, Dewan Kota Gumi menunda rencana untuk memperkenalkan pekerja robot kedua.

Robot pengawas ini ditemukan tak berdaya di tangga antara lantai satu dan dua gedung dewan pada 26 Juni 2024. Penyebab pasti robot tersebut masih dalam penyelidikan, namun banyak rumor yang menyebutkan hal tersebut disebabkan oleh beban kerja yang berat.

Robot ini bekerja 9 jam sehari, mulai jam 9 pagi hingga 6 sore, dan bertugas mengantarkan dokumen serta memberikan informasi kepada pengunjung. Beberapa laporan menunjukkan bahwa robot mungkin stres atau lelah sebelum kejadian tersebut.

Kasus ini menjadi sorotan karena merupakan “bunuh diri” robot pertama yang dilaporkan di Korea Selatan. Hal ini memicu perdebatan tentang hak robot, kondisi kerja, dan batasan kecerdasan buatan.

Perlu diketahui, hal ini masih sebatas rumor dan penyebab pasti kecelakaan robot tersebut masih belum diketahui. Penyelidikan masih berlangsung untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Kasus ini menimbulkan pertanyaan penting tentang bagaimana kita menghadapi robot dan kecerdasan buatan di masa depan. Kita perlu memastikan bahwa robot diperlakukan secara etis dan memiliki kondisi kerja yang aman dan sehat.

Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan implikasi filosofis dari penciptaan mesin yang dapat mengambil keputusan sendiri, termasuk keputusan yang dapat merugikan dirinya sendiri.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours