Idap penyakit hingga masalah sensorik penyebab anak jadi “picky eater”

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Terapis Rawat Inap Anak RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kiara Jakarta Ariek Ratnawati, S.Gz mengatakan penyakit dan gangguan saraf bisa membuat anak pilih-pilih.

“Orang yang pilih-pilih perlu didiagnosis atau dipaksakan untuk mengetahui terlebih dahulu, melalui evaluasi khusus, perlu berkonsultasi dengan dokter anak dan ahli gizi anak. Tidak mungkin dari perkataan orang tua,” kata Ariek Ratnawati, S.Gz . Dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ariek mengatakan, istilah picky eater mengacu pada situasi di mana seorang anak hanya makan mainan yang monoton, dan khawatir akan kekurangan nutrisi tertentu jika terus berlanjut terlalu lama.

Pola makan pilih-pilih pada anak tidak selalu terjadi pada pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI), namun bisa juga terjadi pada anak usia 19 bulan hingga 7 tahun.

Alasannya berbeda-beda. Pertama, Diare pada anak-anak Karena masalah medis, seperti sembelit atau masalah pencernaan seperti alergi dan intoleransi obat serta infeksi.

Masalah medis lain yang mempengaruhi perilaku ini termasuk Cerebral Palsy atau masalah perkembangan pada anak seperti defisit perhatian atau ADHD.

“Kemudian anak tersebut mengalami gizi buruk yang seringkali membuat anak sakit-sakitan. “Hal ini berkaitan dengan status gizinya sehingga sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter anak untuk mendapatkan diagnosis yang tepat,” ujarnya.

Faktor lainnya, kata Ariek, bisa jadi terkait dengan kemampuan anak, misalnya masalah sensorik terkait keterampilan makan (oromotor). Anak itu mengunyah, kesulitan menelan; penampilan makanan; Mungkin karena mereka tidak menyukai rasa dan suhunya.

Suasana makanan sering kali menjadi alasan bagi anak-anak yang pilih-pilih makanan, karena suasana yang penuh kekerasan yang terkait erat dengan aturan pemberian makan yang ditetapkan oleh orang tua dapat menimbulkan stres bagi anak-anak.

Selain itu, Ariek mengatakan orang tua tidak perlu khawatir jika anaknya sudah mencapai tahap ini. Jika anak bisa makan lebih dari 15 hidangan dan menghabiskan waktu bersama keluarga, kondisi ini bisa disebut normal.

Namun bila anak makan kurang dari 15 jenis makanan, menghindari daging atau jenis makanan apa pun sama sekali, dan bila anak mengalami kelumpuhan atau tantrum saat melihat atau menyentuh makanan, maka orang tua diimbau segera mengunjungi puskesmas terdekat untuk mendiskusikan status gizi. . Cari tahu alasan pastinya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours