BPOLBF nilai penutupan berkala kawasan TNK hal umum dilakukan

Estimated read time 2 min read

Labuan Bajo (ANTARA) – Plt Direktur Utama Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh mengatakan pembahasan penutupan kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) secara berkala merupakan hal yang wajar karena merupakan kawasan konservasi. yang memerlukan proses pemulihan dan regenerasi.

Penutupan berkala biasanya dilakukan di berbagai kawasan Taman Nasional (TN) di Indonesia, ujarnya dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis. Hal ini akan dibahas di Aula TNK setelah dilakukan pembahasan mengenai sistem buka tutup kawasan TNK. Frans Teguh menambahkan, rencana penutupan berkala kegiatan pariwisata di kawasan TNK yang ditargetkan pada pertengahan tahun 2025 tentunya akan dilakukan dengan kajian seperti daya dukung dan pengelolaan pengunjung sebagai salah satu cara untuk menjamin kelestarian sumber daya. Terutama komodo dan ekosistem di darat dan air. Hal ini, lanjutnya, tentunya akan mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke Labuan Bajo. Namun rencana penutupan kawasan TNK juga dapat menjadi kesempatan edukasi yang baik kepada wisatawan bahwa sistem kunjungan ke kawasan TNK yang bersifat tertutup dan terbuka secara berkala merupakan manfaat jangka panjang yang harus dipertahankan oleh pemerintah.

Dengan demikian, kata dia, ke depannya keberlangsungan kawasan TNK dapat tetap terjaga dan dapat turut menjaga reputasi sebagai destinasi wisata premium yang memiliki nilai keistimewaan bagi kelestarian dan keberlanjutan kawasan TNK.

“Kawasan konservasi harus terus melestarikan dan merawat sumber dayanya agar tidak rusak atau punah, serta tetap perlu dilakukan proses restorasi dan regenerasi untuk menjaga ekosistem lingkungan tetap dalam keseimbangan alaminya,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Balai Taman Nasional Komodo (TNK) Hendrikus Rani Siga mengatakan pembahasan sistem buka tutup kawasan taman nasional untuk memulihkan ekosistem kawasan akibat kegiatan pariwisata.

“Pada dasarnya taman nasional perlu istirahat, restorasi, serta pembersihan, pemeliharaan, pemeliharaan sarana prasarana dan paling tidak mengurangi potensi kerusakan negara,” ujarnya di Labuan Bajo, Mangalore Barat. Kabupaten, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis.

Dijelaskannya juga, kawasan perairan TNK mengalami tekanan yang cukup besar akibat adanya kegiatan wisata, dimana kerusakan disebabkan oleh kegiatan wisata seperti pelemparan jangkar kapal wisata, kegiatan penyelaman, sampah dan limbah kapal wisata.

Ia menambahkan, pembahasan sistem buka tutup kawasan TNK adalah penyesuaian jadwal kunjungan wisata dan penutupan reguler melalui kajian ilmiah ekstensif kantor TNK dengan beberapa pakar seperti pakar lingkungan hidup, pariwisata, ekonomi, sosial, dan budaya. Baca Juga: Balai TNK: Kawasan Terbuka dan Tertutup untuk Pemulihan Aktivitas Pariwisata Baca Juga: Kemlu Undang Puluhan Duta Besar Asing ke Destinasi Wisata TNK Baca Juga: Balai TNP Himbau Warga Laporkan Pejabat Jika Melakukan Aktivitas di Hutan. wilayah

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours