Warisan Prabu Siliwangi Selamatkan Pertahanan Pajajaran dari Gempuran Musuh Misterius

Estimated read time 2 min read

Cucu Prabu Siliwangi, Suravisesa, mewarisi kerajaan Pajajaran setelah kematiannya. Ratu Zulu konon mempunyai watak yang berbeda dengan Prabu Siliwangi dan ayahnya Suravisesa yang terkenal sebagai sosok pemberani, ahli kemiliteran, dan pemimpin militer.

Gambar Ratu Dewata ditampilkan sebagai orang suci. Dia melakukan upacara khitanan, atau upacara khitanan pra-Islam, dan makan tapa susu pwah, atau sekadar makan buah dan minum susu.

Ratu Devata juga dianggap kebalikan dari Prabu Siliwangi dan Suravisesa yang berpengetahuan luas dan ahli dalam strategi politik. Menurut Carita Parahiyangan, pada masa pemerintahan Ratu Dewata, terjadi penyerangan mendadak di ibu kota Pakuan.

Bahkan musuhnya pun “tampusang saenge” atau tidak diketahui asal usulnya, “Ratu para Dewa mempunyai bangsawan yang mendampingi ayahnya dalam 15 peperangan,” kutip Saleh Danasasmita dalam Menemui Kerajaan Sunda.

Warisan pertahanan Prabu Siliwangi berupa tentara yang kuat tidak dapat dipungkiri. Pengalaman Prabu Siliwangi membuat Kerajaan Pajajaran tetap bertahan, setidaknya pada masa-masa awal pemerintahan Ratu Para Dewa.

Para pejabat lama yang diwariskan oleh Prabu Siliwangi ini masih mampu bertahan dari serangan musuh. Selanjutnya kuatnya benteng Pakuan peninggalan Sri Badu membuat petir Kerajaan Banten tidak bisa masuk ke Gerbang Pakuan.

Lokasi Mpang yang sekarang dulunya merupakan ranamandala atau medan pertempuran, yang membahayakan sisa-sisa kebesaran Siliwangi yang diwariskan kepada cucu-cucunya. Para penyerang tidak mampu menembus pertahanan kota.

Namun dua senator Pajajaran yakni Thohaan Ratu Sangiang dan Thohaan Sarendet telah meninggal dunia.

Karena tidak dapat merebut benteng kota, pasukan penyerang dengan cepat bergerak ke utara dan menghancurkan pusat keagamaan di Sumedang, Tsiranjang dan Jayagiri, yang merupakan benteng Kavikuan pada masa Sri Baduga.

Menurut norma kehidupan saat itu, sikap Ratu Tuhan yang religius dan aktif bermeditasi kurang tepat. Karena yang diinginkan raja adalah mengelolanya dengan baik. Penyerahan seperti yang dilakukannya hanya bisa dilakukan setelah turun tahta sebagai Vastu Kankana.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours