Bedah Buku ISNU Jatim: KHM Hasyim Asy’ari Sosok yang Lengkap

Estimated read time 3 min read

SURABAYA – Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari adalah sosok yang utuh, tidak hanya sekedar “bintang” tapi juga sosok yang mau/suka “patroli” (bersama jamaah).

Ketua PW Ikatan Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Profesor M Mas’ud Said MM PhD, mengatakan, “Hadratussyaikh bukan sekedar bintang atau mercusuar, tapi juga suka berpatroli, memberontak, berkembang bersama masyarakat” . Resensi buku “KHM Hasyim As’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia”, Selasa (16/7/2024).

Acara yang digelar Persatuan Keluarga PC Pesantren Tebuireng (Ikapete) di Surabaya ini juga dihadiri oleh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), Gubernur Jawa Barat 2019-2024 Emil Dardak, Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Barat. Prof Bianto, Ketua Presnas Ikapete Pusat Prof DR H Masykuri MSi dan Direktur Ikapete se-Asia.

Bedah dan pemaparan buku yang dipimpin oleh Ismail Nachu (Presiden ICMI Pusat), Profesor Massoud Saeed yang juga Direktur Pascasarjana Unisma menjelaskan kehebatan pribadi pendiri NU tersebut sehingga memberikan pengaruh besar tidak hanya di nusantara. Indonesia saja.

Hedratusyaix sebelumnya mengatakan Bangkalan, Kediri (Lirboyo/Ploso), Sidoarjo (Siwalanpanji) dll.

Oleh karena itu, Ikapete bertugas mengembangkan ideologi Aswaja ke depan, memperkuat organisasi NU secara struktural dan kultural baik internal maupun eksternal, serta memperkuat kolaborasi dan IT di pesantren dan NU. “Aswaja dan NU adalah warisan Hadratussyaikh yang harus dilindungi, bagi Ikapete wajib,” ujarnya.

Saat mengulas buku tersebut, Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Barat, Profesor Bianto, memuji buku “KHM Hasyim As’ari: Menyatukan Umat Islam Indonesia” terlalu akademis dan jauh dari aspek mistis atau klinis. “Karakter KHM Hasyim Asy’ari ditulis dengan sangat manusiawi.

Bagi muhammadiyah, KHM Hasyim Asy’ari, NU dan Tebuireng banyak “pertemuan” (meeting point) dengan muhammadiyah karena KHM Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan (pendiri muhammadiyah) mempunyai “guru” yang sama di Mekkah (Syekh Khatib Al-Minangkabawi).

Faktanya, H Hasan Gipo (pemimpin umum pertama PBNU) dan KH Mas Mansur (pendiri Muhammadiyah Jawa Timur) masih bersaudara/sepupu. Pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur juga banyak lulusan Pesantren Tebuireng seperti PWM Jawa Timur-mantan Ketua Ustadz Abdurrahim Noer dan beberapa pimpinan daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Jabar 2019-2024 Emil Dardak menegaskan tak perlu meninggikan KHM Hasyim Asy’ari karena sosoknya sudah “besar” di masyarakat, yang harusnya adalah Ikapete yang mengangkat mentalitas turun temurun.

“Hadratussyaikh mengacu pada ilmu organik, bukan kecerdasan menara gading. Warisan penting lainnya dari Yang Mulia adalah persatuan, khususnya di kalangan umat Islam, agar kita tidak bertengkar karena perbedaan kecil di kalangan umat Islam.”

Profesor Masykuri, Ketua Presnas Ikapete Pusat, menekankan bahwa Hadhrat Tussyaikh mementingkan “kesatuan madzhab” dalam hal peran pemersatu. “Ketika pemerintah Arab Saudi hanya menyukai Wahhabisme, Khatrashaikh mengirimkan Komisi Hijaz agar Saudi dapat menerima banyak sekte. Dengan demikian, Khatrashaikh tidak hanya menjadi pemersatu nasional tetapi juga dunia.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours