Kemenhub komitmen dukung pengawasan muatan mineral lewat Inaportnet

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berkomitmen mendukung pemanfaatan Sistem Informasi Mineral dan Batubara (Simbara) dengan memperkuat Inaportnet untuk meningkatkan efisiensi dan kepatuhan pemantauan muatan mineral di pelabuhan.

“Kami telah berupaya dan akan terus berupaya mengembangkan Inaportnet untuk memperkuat Simbara sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan kepatuhan dalam pengawasan muatan mineral di pelabuhan,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat pemaparan dan sosialisasi “the pengiriman bahan mentah nikel dan timah melalui Simbara ke Jakarta, Senin.

Menhub mengatakan kliennya akan melanjutkan pengembangan aplikasi sistem pelabuhan Inaportnet, termasuk dukungan aplikasi Sistem Informasi Mineral dan Batubara (Simbara).

“Kolaborasi antar kementerian dan lembaga ini memungkinkan otoritas pengatur yang berwenang di pelabuhan lebih mudah memantau dan memvalidasi muatan, Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) untuk royalti dan hasil survei yang dikeluarkan pengawas,” kata Menhub.

Menhub menjelaskan, penggunaan data Inaportnet saat ini telah meningkatkan efisiensi waktu dan biaya pelayanan pelabuhan.

Integrasi Inaportnet dengan sistem penyerahan terpadu (SSm) pengangkut, lanjut Menhub, telah mempercepat proses penyerahan dokumen secara elektronik, yang mencerminkan transformasi digital yang efisien dan sukses di sektor pelabuhan.

Aplikasi ini telah terintegrasi dengan Simbara untuk meningkatkan pengendalian komoditas pertambangan dan penerimaan negara dari komoditas pertambangan.

Ia mengatakan pada tahun 2023, Inaportnet akan terpasang di 264 pelabuhan di seluruh Indonesia. Dari 54 pelabuhan yang menangani pertambangan dan bahan baku batubara, 20 pelabuhan dengan volume muatan terbesar menjadi titik kendali utama.

“Upaya ini berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah kunjungan kapal dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) nasional,” kata Menhub.

Aplikasi Simbara diluncurkan pada Maret 2022. Aplikasi ini mencakup banyak kementerian terkait, antara lain Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perhubungan.

Dijelaskannya, Simbara merupakan bagian dari pelaksanaan pengembangan dan pembangunan sistem informasi terpadu dan pertukaran data dan/atau informasi dari kegiatan pertambangan dan perdagangan komoditas.

Menteri Perhubungan mengatakan Simbara awalnya fokus khusus pada produk pertambangan dan batu bara. Saat ini penggunaan Simbara semakin meluas untuk membantu pemantauan timah dan nikel. Sejauh ini penerapan Simbara berdampak positif terhadap pendapatan negara.

“Misalnya pencegahan cara-cara penambangan liar (unlicensed mining) senilai Rp 3,47 triliun, tambahan pendapatan pemerintah dari data analisis dan juga profil risiko oleh pelaku ekonomi senilai Rp 2,53 triliun, serta penyelesaian klaim yang timbul dari hasil implementasi, serta sistem pemblokiran otomatis. “merupakan bagian dari Simbara senilai Rp 1100 miliar,” jelas Menhub.

Potensi pendapatan nasional dari bahan baku nikel dan timah sangat besar. Indonesia merupakan salah satu produsen nikel dan timah terbesar di dunia.

Cadangan nikel Indonesia berjumlah sekitar 21 juta ton atau 24% dari total cadangan dunia. Sedangkan cadangan timah Indonesia menempati urutan kedua dunia dengan cadangan sebesar 800 ribu ton atau 23% dari cadangan dunia.

“Kami mengapresiasi apa yang telah diinisiasi oleh para koordinator kelautan dan perikanan, sehingga situasi di lapangan lebih tertata di tingkat operasional dan negara lebih nyata,” kata Menhub.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours