Fenomena Embun Es Kembali Muncul di Dieng dan Bromo, Ini Penjelasan BMKG

Estimated read time 3 min read

Banjarnegara – Fenomena hujan es atau dikenal dengan embun Uba kembali muncul di Dieng, Jawa Tengah, dan Gunung Bromo, Jawa Timur. Fenomena alam yang jarang terjadi di negara tropis seperti Indonesia ini menarik perhatian banyak orang dan berdampak besar di kedua tempat tersebut.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), embun beku di Dieng sebagian besar terbentuk pada musim kemarau. Dieng yang merupakan dataran tinggi memiliki suhu udara yang sangat dingin terutama pada malam hari.

Wakil Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan, embun beku terjadi ketika suhu udara turun jauh di bawah titik beku, biasanya antara pukul 04:00 WIB hingga 06:00 WIB.

Berdasarkan yang dilansir situs resmi BMKG, Jumat (19/7/2024), ia mengatakan, “Langit cerah dan tidak berawan memungkinkan lebih banyak radiasi panas matahari yang terbuang ke luar angkasa pada malam hari, sehingga menyebabkan penurunan suhu udara yang parah. suhu di malam hari.”

Fenomena ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, namun juga berdampak buruk pada sektor pertanian. Embun beku yang menutupi tanaman menyebabkan kerusakan parah pada tanaman kentang yang menjadi andalan petani setempat.

“Orang mati menyebut embun opas ini embun beracun karena efeknya membuat tanaman kentang mati tanpa meninggalkan apapun,” kata Kepala Stasiun Meteorologi BMKG kelas dua Ahmad Yani Semarang, Sotikno.

Ahmed Ruzikin, petani kentang asal Desa Deng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, mengaku mengalami kerugian yang sangat besar akibat fenomena tersebut. “Tanaman kentang saya layu dan mati,” kata Ahmed dengan perasaan kecewa. “Kerugian yang saya alami mencapai puluhan juta rupee.”

Meskipun para petani telah mencoba berbagai cara untuk mengurangi dampak embun beku, seperti menyemprotkan air, namun upaya tersebut terbukti tidak efektif. Ahmed menambahkan: “Kami telah mencoba metode yang berbeda, namun embun beku terus muncul setiap hari, yang menyebabkan kematian tanaman kentang.”

BMKG menjelaskan, fenomena suhu dingin yang terjadi belakangan ini dinilai wajar terjadi pada musim kemarau, khususnya di wilayah Jawa Tengah.

Prakiraan BMKG dari Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Kelas 2 Nur Jannah Indriani menambahkan, fenomena tersebut terjadi karena memasuki puncak musim kemarau, tutupan awan relatif kecil sehingga radiasi tanah yang dipancarkan tidak ada hambatan atau penghalang.

Di sisi lain, fenomena hujan es ini berpotensi menjadi daya tarik wisata unik yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat jika dikelola dengan baik.

Penurunan suhu ekstrem di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) juga menyebabkan terjadinya radang dingin di sejumlah titik.

Kepala Bidang Tata Usaha TNBTS, Sibti Eka Wardhani mengatakan, embun upas sering terjadi di wilayah TNBTS, terutama pada musim kemarau. “Embun beku merupakan fenomena yang sering terjadi khususnya di wilayah TNBTS pada musim kemarau,” jelasnya.

Ditambahkannya, Fenomena ini terjadi saat suhu udara cukup dingin, antara 5-9 derajat Celcius, dan hanya terjadi pada pagi hari, atau sebelum matahari terbit sepenuhnya.

Embun menghilang saat matahari mulai terbit. Cuaca cenderung lebih sejuk pada musim kemarau karena suhu yang cukup rendah. BMKG memperkirakan puncak musim kemarau tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus.

“Munculnya embun beku mirip salju membuat kawasan wisata Gunung Bromo dan sekitarnya terlihat semakin eksotis. Pemandangan kawasan Laut Pasir Gunung Bromo juga tampak lebih putih dan menarik,” kata Sabti.

Ia mengimbau pengunjung yang berencana berkunjung ke kawasan wisata Bromo harus mempersiapkan diri dengan mengenakan pakaian dan jaket tebal, serta menggunakan sarung tangan dan topi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours