Tumbal Nyawa dan Pertumpahan Darah, Drama Pergantian Nama Kerajaan Singasari

Estimated read time 2 min read

Nama Kerajaan Singasari lebih populer dan terkenal dibandingkan Tumapel yang merupakan pendahulu Malang. Namun tahukah Anda kalau Singsari awalnya bernama Tumapel pada masa Ken Arok, raja pertama Rangavuni.

Namun perubahan nama tersebut tidak terjadi dengan mudah. Dalam perjalanannya, gesekan, konflik dan intrik mewarnai kerajaan tersebut. Pertumpahan darah ini berawal ketika Ken ingin mendirikan Kerajaan Arok karena ia telah membunuh ANGKAL Ametung, penguasa Tumapel sebelumnya.

Lalu, carry Ken Arok ciptaan Mpu Gandring tiba-tiba membunuh banyak orang, termasuk Ken Arok. Ken Arok tewas di tangan putranya sendiri Anusapati, Ken Dedes, istri Ken Arok, hasil pernikahannya dengan suami sebelumnya, Gagul Emetung.

“Putranya Anuspati, kemudian naik takhta menjadi raja Tumapel. Namun sekali lagi raja tersebut mati di tangan Tohjaya keturunan Ken Arok,” dikutip dari buku Ken Arok Hitam Putih Dari Kemuliaan Hingga Runtuh.

Anuspati dibunuh oleh mangga Mpu Gandering yang dibunuh Tohjaya saat sedang menikmati sabung ayam. Tohjaya menjadi raja setelah kematian Anuspati. Namun kematian Anusapati meninggalkan bekas luka bagi putranya, Rangavuni, yang mengetahui siapa dalang pembunuhan ayahnya.

Rangavuni kemudian bersekutu dengan Mahisa Kampaka, putra Mahisa Wunga Telleng, keturunan Ken Arok dari Ken Dades. Mereka tidak terima tahta kerajaan Tumapel diambil alih oleh Tohjaya.

Rangavuni juga memimpin Pemberontakan Jayana bersama Mahisa Kampaka. Mereka kemudian menyerbu istana dan Tohjaya segera melarikan diri, melukai tubuhnya dengan serangan pedang.

Tohjaya meninggal karena luka-luka akibat pertempuran ini saat dalam pelarian.

Rangavuni akhirnya berhasil membunuh Tohjaya sehingga ia segera naik takhta di kerajaan Tumapela.

Rangavuni mendapat gelar Sri Jaya Vishnuvardhana saat menjadi raja Tumapel. Namun selain diperintah oleh Rangavuni, Tumapele juga diperintah oleh Mahisa Kampaka yang saat itu bergelar Narasimhamurti.

Keduanya kemudian menyatukan kerajaan Tumapel dan Kediri menjadi satu pemerintahan yang bersatu. Sejak saat itu, keturunan ANTUL Ametung, dalam hal ini Rangavuni, dan keturunan Ken Arok, Mahisa Kampaka, bergabung untuk memimpin Tumapele.

Pada masa kepemimpinan bersama ini, Kerajaan Tumapel berganti nama menjadi Kerajaan Singasari. Kepemimpinan keduanya diibaratkan Wisnu dan Indra oleh Negarkertagama.

Dengan kepemimpinan bersama ini, kutukan penyakit gandering berakhir ketika Rangavuni dan Mahisa Kampaka naik takhta.

Hal ini sekaligus mengakhiri konflik berdarah antara keturunan Ken Arok dan ANGKAL Ametung. Pada masa pemerintahan Ranggavuni, suksesi kepemimpinan Singsari berjalan dengan damai dan lancar.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours