Sektor Jasa Konstruksi Kena Imbas Pelemahan Kurs Rupiah, Ini Tantangannya

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) BPP berkomitmen terhadap pembangunan nasional. Ketua BPP GAPENSI Andi Rukman Karumpa berharap bisa duduk bersama pemerintah untuk meningkatkan kontribusi industri jasa konstruksi.

Andi di Jakarta, Rabu (19 Juni 2024), mengatakan, “Melalui dialog konstruktif antara pemerintah dan dunia usaha jasa konstruksi, dapat ditemukan solusi terbaik untuk mengatasi tantangan tersebut. perkembangan.” .

Menurut Andy, sektor jasa konstruksi saat ini menghadapi banyak tantangan. Pertama, pelemahan nilai tukar rupiah dan penguatan dolar AS berdampak signifikan terhadap biaya impor bahan baku sektor konstruksi.

“Dengan melemahnya rupee, harga bahan baku impor seperti besi, baja, semen, dan alat berat impor akan meningkat,” kata Andy.

Menurut Andi, kenaikan biaya ini berdampak langsung pada kenaikan biaya produksi secara keseluruhan. Akibatnya, margin keuntungan berkurang dan harga proyek bisa naik tanpa penyesuaian anggaran.

“Kami di GAPENSI mempertimbangkan secara matang usulan peningkatan nilai proyek bagi pemerintah,” lanjut Andy.

Menurut Andi, pesan resmi Kementerian Keuangan No. S-940/MK/2022 tentang usulan Menteri Keuangan (PMK) untuk melakukan penyesuaian (menaikkan) harga kontrak konstruksi tahun anggaran 2022 akibat kenaikan bahan bakar. Dan harga aspal, bagi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), belum memberikan dampak positif bagi penyedia jasa konstruksi.

Andi menilai kenaikan harga bahan baku yang tiba-tiba ini perlu disesuaikan agar proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal tanpa mengorbankan kualitas. “Kami berharap pemerintah dapat memahami situasi ini dan memberikan dukungan melalui penyesuaian anggaran atau kebijakan untuk mengurangi beban kontraktor,” lanjut Andy.

Andy mengatakan, selain kenaikan harga bahan baku, pelemahan nilai tukar rupee juga menimbulkan banyak dampak lain bagi pengusaha jasa konstruksi, mulai dari terbatasnya likuiditas, tertundanya proyek, risiko kredit, dan inflasi.

Andy menjelaskan kenaikan biaya impor dapat mempengaruhi arus kas perseroan, terutama bagi kontraktor yang mengandalkan bahan baku impor dalam jumlah besar. Menurut Andy, proyek-proyek yang sudah dimulai mungkin tertunda karena harus melakukan renegosiasi anggaran atau mencari sumber pendanaan tambahan.

Sedangkan untuk risiko kredit, lanjut Andy, kenaikan biaya dapat meningkatkan risiko kredit bagi perusahaan yang telah memiliki kewajiban pembayaran kepada pihak ketiga. Sementara dari sisi inflasi, kenaikan harga bahan baku dan alat berat dapat memberikan kontribusi terhadap inflasi yang juga berdampak pada biaya operasional sehari-hari.

Melemahnya rupee bisa berdampak pada kenaikan biaya konstruksi, kata Andi. Kami mengetahui hal ini pada tahun 2022 dan mengirimkan surat kepada Menteri Keuangan.”

Andi mengatakan pemerintah harus membuat rencana untuk memitigasi pelemahan rupee di sektor konstruksi, salah satunya adalah eskalasi proyek atau kenaikan biaya, yang kemudian akan disampaikan ke Kementerian Keuangan untuk mengimbangi kenaikan konstruksi. Biaya akibat pelemahan rupee terhadap dolar AS.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours