Pakar anjurkan konsumsi makanan kaya antiokisdan lawan radikal bebas

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Dokter Spesialis Gizi Klinik Dr. Raissa E. Djuanda, MGizi, SpGK, AIFO-K mengimbau warga untuk mengonsumsi makanan dan minuman kaya antioksidan untuk melawan radikal bebas yang dapat merusak sel dan jaringan tubuh serta menimbulkan penyakit kronis.

Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif, ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas yang berlebihan dan ketidakmampuan tubuh menetralisirnya, serta kerusakan DNA, penurunan kekebalan tubuh, penurunan kesehatan tulang, dan peningkatan risiko penyakit jantung.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga keseimbangan gaya hidup sehat dan mengonsumsi makanan dan minuman kaya antioksidan sejak dini, ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Antioksidan merupakan molekul yang melawan radikal bebas di dalam tubuh, dan tubuh manusia sebenarnya memiliki pertahanan antioksidan tersendiri untuk menyeimbangkan radikal bebas agar tidak menimbulkan kerusakan seperti penyakit kronis.

Zat ini banyak terdapat pada makanan, seperti sayur mayur, buah-buahan, makanan kaya vitamin C, dan susu yang mengandung antioksidan. Makanan yang banyak mengandung antioksidan antara lain apel, tomat, alpukat, stroberi, jamur, kacang-kacangan, kentang, minyak zaitun, kangkung, kacang hijau, dan bayam.

Raisa mengatakan, ketika tubuh kekurangan antioksidan, maka tubuh akan mengalami stres oksidatif untuk menyeimbangkan jumlah radikal bebas. Ketika hal ini terjadi, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul lain di dalam tubuh sehingga menyebabkan kerusakan pada berbagai sel dan jaringan di dalam tubuh.

Menurut dokter yang berpraktik di RS Pandak Indah dan RS MMC Jakarta, fokus pada pola makan sehat kaya antioksidan, memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral, mengelola stres dengan baik, dan menghindari paparan zat berbahaya dapat menjadi langkah memerangi radikal bebas.

Sementara itu, Roberts Parulian Poorba, Director of Senior and Special Nutrition KALBE Nutritionals mengingatkan, paparan radikal bebas dalam keseharian orang-orang yang aktif tidak lepas dari asap rokok, polusi, paparan sinar ultraviolet matahari, makanan cepat saji atau makanan tidak sehat. . . makanan yang dimakan.

Senin pagi ini, kualitas udara di Jakarta dilaporkan tidak sehat bagi kelompok rentan. Kualitas udara Jakarta berada di peringkat 135 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2.5 sebesar 49,5 mikrogram per meter kubik atau 9,9 kali lipat dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demikian catatan laman IQAir.

PM 2.5 mengacu pada partikel di udara yang lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer), termasuk debu, asap, dan jelaga. Paparan jangka panjang terhadap partikel-partikel ini telah dikaitkan dengan kematian dini, terutama pada mereka yang menderita penyakit jantung atau paru-paru kronis.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours