Asosiasi logistik Bali incar pengelolaan barang Indonesia bagian timur

Denpasar (ANTARA) – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) di Bali bertujuan mengelola barang ekspor dan impor dari Indonesia bagian timur karena didukung konektivitas udara melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

“Kita mempunyai kesempatan untuk melakukan pembicaraan business-to-business (B2B),” kata Ketua Regional Board ALFI Bali Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra di sela-sela Asia-Pacific Carriers and Logistics Conference di Nusa Dua, Kabupaten Badung. Bali, Kamis.

Daerah lain bisa mengekspor atau mengimpor barang melalui Bali, kata dia, mengingat sudah banyak maskapai internasional yang membuka layanan penerbangan langsung.

Sementara itu, lanjutnya, okupansi badan pesawat pada pesawat berbadan lebar diperkirakan hanya terisi bagasi penumpang sebanyak 30% dari kapasitasnya, yang diperkirakan rata-rata sekitar 25 ton untuk jenis pesawat tersebut.

Sehingga masih ada ruang untuk dijadikan usaha pengangkutan barang ekspor dan impor melalui udara di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.

Berdasarkan data Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, bandara ini dilayani oleh 22 maskapai penerbangan domestik yang dioperasikan oleh 11 maskapai penerbangan.

Sementara untuk rute internasional, terdapat 36 rute yang tersebar di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Australia oleh 39 maskapai penerbangan.

Pelaku usaha ALFI Bali yang aktif saat ini mencapai 91 badan usaha logistik dan forwarding, dimana 15 badan usaha diantaranya bergerak di bidang angkutan udara dan sisanya bergerak di bidang angkutan darat dan laut.

Kemampuan penanganan ekspor dan impor barang melalui udara ke Bali, selain didukung oleh konektivitas, juga didukung oleh efisiensi karantina dan bea cukai yang dilakukan melalui satu pintu.

“Bali merupakan pilot project pengendalian bersama yaitu Pusat Karantina, Bea dan Cukai menjadi satu, mengurangi proses bisnis dan waktu sehingga meningkatkan efisiensi,” ujarnya.