Strategi dan Tantangan Pemprov Jatim Turunkan Angka Kemiskinan

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) dalam mengentaskan kemiskinan di wilayah tersebut membuahkan hasil positif. Per Maret 2024, angka kemiskinan di Jawa Timur mencapai 9,79 persen, turun 0,56 persen dibandingkan Maret 2023 yang mencapai 10,35 persen, kata Badan Pusat Statistik.

Tren pengentasan kemiskinan di Jawa Timur harus dievaluasi. Sebab, untuk pertama kalinya di provinsi tersebut, angka kemiskinan berada di bawah 10 persen atau mencapai satu digit.

Adhi Karyono, Penjabat Gubernur Jawa Timur, mengaku senang melihat penurunan angka kemiskinan di wilayahnya. Oleh karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi kinerja Pemprov Jatim, Pemerintah Pusat, Kota dan Desa/Kabupaten yang telah bekerja keras mengentaskan kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir.

“Ini penurunan angka kemiskinan yang sangat tinggi, dan ini banyak kerja dan tabungan selama beberapa tahun, apalagi lima tahun terakhir. Kami berusaha menurunkan angka kemiskinan di Jatim hingga satu digit. Alhamdulillah. Itu terjadi.” dikatakan. Adhi.

Adhi menjelaskan kunci keberhasilan Pemprov Jatim dalam mengentaskan kemiskinan di wilayahnya. Diumumkan ada tiga strategi yang diterapkan pemerintah Jawa Timur. Yang pertama adalah mencoba mengurangi beban biaya yang ditanggung masyarakat miskin.

“Bansos yang kita usahakan banyak, ada PKH Plus, ada bantuan pangan, ada juga bantuan pangan, ada juga bansos untuk penyandang disabilitas,” ujarnya.

“Kami meliputi bantuan dalam kegiatan pendidikan, bantuan tambahan dari BOS dan kemudian bantuan dari pemerintah pusat melalui program Dana Kesehatan Masyarakat Miskin (BIAKESMASKIN) dan Penerima Manfaat Program Jaminan Kesehatan (PBIJK),” tambah Adhi.

Strategi kedua adalah meningkatkan pendapatan warga melalui berbagai bantuan. Berupa pemberdayaan ekonomi secara langsung, kemudian berupa investasi, dan berupa kemudahan berusaha.

“Intervensi yang kami berikan antara lain bantuan usaha kepada kelompok usaha patungan (KUBE) serta bantuan kepada perempuan kurang mampu secara sosial dan ekonomi (WRSE),” jelas Adhi.

Selain itu, strategi ketiga adalah pengurangan wilayah kemiskinan. Dengan memperhatikan lingkungan khususnya lingkungan kesehatan dan lingkungan rumah. Salah satu upaya yang tengah dilakukan adalah rehabilitasi rumah tidak layak huni (Rutilahu) yang bekerja sama dengan berbagai pihak.

Alhamdulillah berkat tiga strategi yang kami terapkan, kami mampu menurunkan angka kemiskinan di Jatim hingga Maret 2024 sebanyak 206.120 jiwa. Bahkan, penurunan di Jatim berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan nasional sebesar 30,4 persen. kecepatan. jelas Adhi.

Memerangi kemiskinan

Adhi mengakui, banyak tantangan yang dihadapi Pemprov Jatim meski berhasil mengentaskan kemiskinan di wilayah tersebut. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menghadapi luasnya wilayah Jawa Timur yang memiliki 38 provinsi dan kota. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan besar karena setiap kabupaten dan kota mempunyai permasalahan yang berbeda-beda. Mulai dari tingkat kronis, sedang, dan rendah.

Kedua, kendalanya adalah tersedianya data yang akurat, karena membuat kita kurang efisien dalam penganggaran. Untuk itu kita masih membutuhkan beberapa data. Selain DTKS sebenarnya, Insya Allah cukup banyak data Regsosek yang bisa kita olah. dapat menyelesaikan “Komplikasinya benar-benar menurun.”

Tantangan lainnya adalah bagaimana menata APBD Pemprov Jatim untuk memberikan bantuan sosial di Jatim. Hal ini penting karena dukungan APBD sangat penting untuk perlindungan sosial dan pemberdayaan ekonomi.

Tapi tentu ada batasan baik dana transfer maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemprov Jatim. Padahal, minimal harus 3 kali APBD. baru bisa kita selesaikan dengan cepat,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Adhi menjelaskan pentingnya menyelenggarakan dan melaksanakan program penanggulangan kemiskinan yang baik di Jawa Timur. Ditekankan bahwa program tersebut harus berorientasi pada tujuan.

“Oleh karena itu, semua program harus tepat sasaran. Akses informasi dengan berbagai program harus ditunjukkan dengan jelas,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan, program tersebut perlu diintegrasikan. Oleh karena itu, setiap program harus saling mendukung dengan informasi yang diperlukan. Misalnya berbasis keluarga, yaitu jika keluarga tersebut miskin, tingkat pendidikan, ekonomi, lingkungan, dan sebagainya. data akan direkam.

“Oleh karena itu, akan sangat efektif jika dilakukan koordinasi program pusat, provinsi, dan kabupaten secara bersamaan,” ujarnya.

Adhi juga menilai akses informasi publik menjadi faktor penting dalam pengentasan kemiskinan. Ini merupakan bagian dari rencana khusus yang dikembangkan pemerintah Jawa Timur.

“Kita berharap bisa mengintegrasikan data Satu Jatim yang ada dengan database yang lebih besar. Kita berharap bisa mengidentifikasi sasaran untuk memasukkan data lain, DTKS, data depodik dan data lainnya,” tegasnya.

“Mudah-mudahan di tahun 2025, dengan adanya data ini kita bisa mengetahui secara nyata apa saja yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sehingga dengan menggunakan tema-tema berbasis data tersebut, strategi program pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat.” pungkas Adhi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours