Kontroversi Tes Gender Atlet Olimpiade, Perlu Konsensus Ilmiah

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Tes gender terhadap seluruh atlet yang berlaga di Olimpiade masih menjadi kontroversi. Diperlukan konsensus ilmiah mengenai masalah ini.

“Pada pertanyaan yang lebih luas, masih diperlukan konsensus ilmiah atau politik mengenai masalah ini.” Ini bukanlah persoalan hitam-putih. IOC sangat tertarik mendengar solusi dan konsensus seperti itu. Direktur Komunikasi Komite Olimpiade Internasional (IOC) Mark Adams mengatakan, demikian dilansir Sputnik Globe, Senin (8/5/2024).

Ia mengaku di sela-sela jumpa pers, Jumat (2/8/2024), belum ada konsensus ilmiah atau politik mengenai isu tes gender dalam olahraga. Menyusul temuan tes gender tinju Olimpiade yang kontroversial, perdebatan kembali muncul.

Adams berbicara di depan umum sehari setelah petinju Italia Angela Carini dikalahkan pada ronde ke-16 melawan petinju Aljazair Imane Khalif. IOC menyetujui partisipasi Khalif dalam turnamen Olimpiade putri meskipun petinju tersebut didiskualifikasi dari kejuaraan dunia 2023 karena gagal dalam tes kualifikasi gender yang tidak ditentukan.

Asosiasi Tinju Internasional (IBA) menemukan adanya kromosom XY dan peningkatan kadar testosteron dalam tubuhnya. IOC mengandalkan standar yang berlaku selama Olimpiade sebelumnya. Adams meyakinkan bahwa IOC berupaya melindungi atlet yang gagal dalam tes gender dari pelecehan.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan setelah pertandingan bahwa atlet dengan karakteristik genetik laki-laki harus dilarang mengikuti kompetisi putri. IOC sebelumnya telah melarang Asosiasi Tinju Internasional menyelenggarakan turnamen tinju di Paris.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours