Orang Tua di Korea Selatan Rela Dikurung dalam Sel demi Bisa Pahami Anak

Estimated read time 3 min read

Seoul – Sebuah kejadian unik terungkap di Korea Selatan. Banyak orang tua yang rela mengurung diri di sel bernama pabrik kesenangan demi memahami anaknya mengalami hikikomori.

Hikikomori adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang menarik diri dari kehidupan sosial. Situasi ini memaksa anak-anak di Korea Selatan harus mengurung diri di kamar selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Selama dikurung di sel penjara, orang tua tidak diperbolehkan menggunakan ponsel atau laptop di Korea Selatan. Ruangan itu tidak lebih besar dari lemari penyimpanan dan penghuninya hanya memiliki dinding kosong sebagai teman.

Diberitakan BBC, Rabu (3/7/2024), banyak orang tua di penjara memiliki anak yang sepenuhnya menarik diri dari masyarakat dan belajar sendiri apa artinya terpisah dari dunia.

Tahun lalu, survei terhadap 15.000 orang berusia 19 hingga 34 tahun yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan menemukan bahwa lebih dari 5 persen responden melakukan isolasi mandiri. Jika angka ini mewakili populasi Korea Selatan yang lebih luas, berarti sekitar 540.000 orang berada dalam situasi yang sama.

Di sisi lain, sejak April lalu, para orang tua di Negeri Ginseng tersebut telah mengikuti program pendidikan parenting selama 13 minggu yang didanai dan dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Korea Youth Foundation dan Blue Whale Recovery Center.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan masyarakat bagaimana berkomunikasi lebih baik dengan anak-anak mereka. Program ini terdiri dari tiga hari di sebuah fasilitas di Hongcheon-gun, Provinsi Gangwon, di mana para peserta menghabiskan waktu di ruangan yang mirip dengan sel isolasi.

Harapannya, isolasi akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada orang tua terhadap anaknya. Salah satu orang tua yang ikut serta dalam program tersebut adalah Jin Young Hye. Putranya dikurung di kamarnya selama tiga tahun.

Jin Young Hye berharap dengan melalui pengalaman terjebak, dia bisa lebih memahami perasaan putranya yang berusia 24 tahun dan bagaimana membantunya keluar dari situasi tersebut. Putra Jin Young Hye telah diisolasi di kamar tidurnya selama tiga tahun.

“Aku bertanya-tanya apa kesalahanku dan menyakitkan memikirkannya, tapi saat aku mulai berpikir, aku mendapat kejelasan,” ujar Jin Young Hye.

Jin Young Hye berkata bahwa putranya sangat berbakat, jadi dia menaruh harapan besar padanya. Namun, ia sering sakit-sakitan, kesulitan menjaga persahabatan, dan akhirnya mengalami kelainan makan yang membuatnya sulit bersekolah.

Ketika putranya mulai kuliah, dia tampak baik-baik saja selama satu semester. Namun suatu hari dia menyerah. Jin Young Hae sangat sedih melihatnya terkunci di kamarnya, mengabaikan kebersihan pribadi dan makanan.

Di sisi lain, kecemasan, kesulitan dalam hubungan dengan keluarga dan teman, serta kekecewaan karena tidak masuk universitas ternama membuat putranya terisolasi. Namun, ia enggan berbicara dengan Jin Young Hye tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Saat Jin Young Hae mengunjungi Pabrik Kebahagiaan, dia membaca catatan yang ditulis oleh pemuda kesepian lainnya. “Ketika saya membaca catatan itu, saya menyadari, ‘Oh, dia melindungi dirinya sendiri karena tidak ada yang mengerti.’

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours