Dokter: Rasa takut halangi perempuan jalani pemeriksaan kanker serviks

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dokter Spesialis Junior Onkologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional, Dr. Sipto Mangunkusumo Jakarta Dr. Kartiva Hadi Nurianto, Sp.OG(K)Onk mengatakan, terkadang rasa takut dan malu menghalangi perempuan untuk menjalani pemeriksaan alat kelamin untuk kanker serviks.

“Ketakutan akibatnya buruk, rasa malu rupanya menjadi kendala tersendiri untuk mendeteksi dini kanker serviks,” kata Kartiwa dalam wawancara kanker serviks yang dilakukan secara online dari Jakarta, Selasa.

Dokter yang menyelesaikan studinya di Universitas Indonesia ini mengatakan, skrining kanker serviks bisa menimbulkan ketidaknyamanan bagi wanita karena melibatkan pemeriksaan alat kelamin oleh bidan atau dokter.

Bapak Kartiva mengatakan Pemerintah harus melatih bidan untuk memudahkan perempuan melakukan skrining kanker serviks sesegera mungkin.

“Pemerintah telah menyediakan fasilitas kesehatan, baik primer maupun swasta, untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyakit,” ujarnya.

“Jadi puskesmas ini bisa (melakukan tes), jadi tidak ada alasan. Ini ditanggung oleh BPJS, jadi tidak ada alasan untuk melewatkan Pap smear dan IVA,” kata Kartiva merujuk pada metode skrining kanker serviks.

Kartiva menyarankan agar wanita yang sudah menikah menjalani tes Pap smear atau tes visual acetic acid (IVA) setiap dua tahun sekali.

Tes Pap smear atau IVA harus dilakukan tiga hari setelah keluarnya darah menstruasi dan keluarnya cairan dari wanita tersebut, katanya.

Wanita yang ingin menjalani tes juga diperingatkan untuk tidak melakukan hubungan seks selama tiga hari sebelum tes agar tidak mengganggu deteksi kanker serviks.

Selain memberikan bantuan deteksi dini, Pemerintah menerapkan program pencegahan human papillomavirus atau HPV untuk mengurangi risiko tertular virus penyebab kanker serviks.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours