Epik Mahabharata Antar Komikus I Wayan Nuriarta Raih Gelar Doktor di UNUD

Estimated read time 4 min read

Denpasar – Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar I Wayan Nuriarta meraih gelar PhD bidang Ilmu Budaya dari Universitas Udayana (UNUD). Ia mempertahankan tesis berjudul Mengartikulasikan Identitas dalam Epos Wayang Indonesia Mahabharata.

Komikus yang juga menjabat sebagai pengurus Institut Gurat dan anggota HOCA ini menceritakan penelitiannya yang menunjukkan bahwa komik wayang Mahabharata menempati tempat penting dalam sejarah komik dan budaya populer Indonesia. .

Baca Juga: Perwira TNI Angkatan Laut Raih Gelar PhD Unpad Dengan Predikat Cum Laude

Sebagai bagian dari budaya populer, komik pada umumnya dianggap sebagai bacaan yang menghibur dan mengeksplorasi nilai-nilai moral bagi sebagian besar pecinta komik, khususnya cerita Mahabharata dan Ramayana.

Namun lebih dari sekedar hiburan, komik sebenarnya mengandung ide, aspirasi, ideologi yang berbeda-beda, atau yang dalam penelitian ini disebut artikulasi identitas, sebuah topik yang jarang dibahas secara serius dalam sejarah kajian komik yang relatif jarang terjadi di Indonesia. .Pada rilis Senin (22/7/2024).

Baca Juga: Ingin Raih Gelar PhD di Usia Muda? Daftar sekarang untuk Beasiswa PMDSU 2024

Menurutnya, komik wayang Mahabharata merupakan percampuran dua hal yang sekilas bertolak belakang. Di satu sisi, karya ini menghadirkan komik sebagai seni komersial dan populer secara luas.

Namun di sisi lain, karya ini juga merupakan seni luhur yang pertama kali muncul dalam sastra, dipentaskan dalam seni rupa dan tari, dikenal dengan teater wayang kulit, dan dikenal sebagai seni spektakuler Wayang Orang.

Namun komikus wayang mampu mengemas kedua aspek tersebut sebagai avatar baru. Komik wayang Mahabharata merupakan identitas tersendiri sebagai komik, ujarnya.

Baca Juga: Sidang Promosi Ph.D UI Muhammad Khalid Sarankan Percepatan Review UU Migas

“Komik wayang Mahabharata karya tiga komikus Indonesia, RA Kosasih, Teguh Santosa, dan Gun Gun, merupakan perpaduan identitas berbeda yang terlihat dalam ekspresinya masing-masing,” jelas I Wayan Nuriarta.

Ia menambahkan, kajian tersebut mengutamakan konten komik epos Mahabharata yang mencerminkan pembahasan relevan dengan interpretasi identitas Indonesia. Ini adalah penanda keberbedaan di Barat.

“Upaya menjelaskan identitas Indonesia melalui komik epik Mahabharata menarik untuk dikaji karena Mahabharata berasal dari luar negeri, dalam hal ini India. Pengambilan atau penciptaan kembali identitas India dalam identitas Indonesia memberikan dimensi yang lebih menarik ketika membahas ekspresi. Identitas dalam konteks budaya komik populer.

Berdasarkan analisis dan pertanyaan penelitian, I Wayan Nuriarta mengambil tiga kesimpulan.

Pertama, tiga komikus terkemuka Indonesia, R.A. Kosasih, Teguh Santosa dan Gun Gun, mengkonstruksi identitas Indonesia dalam komik wayang Mahabharata melalui tiga bentuk, yaitu identitas visual, identitas verbal, dan bentuk narasi. identitas .

Dalam menciptakan bentuk ini, para komikus melakukannya dengan kekhususan sesuai dengan pandangan dunia dan latar belakang budaya masing-masing, Sunda, Jawa, dan Bali.

Teks lisannya menggunakan bahasa Indonesia dan komiknya mengandung unsur bahasa daerah, seperti salam, sampurasun, penggunaan kata-kata Jawa seperti kata kangmas (sebutan untuk saudara) dan kata karihuan (perlindungan).

Susunan cerita Indonesia hadir dengan menghadirkan Draupadi sebagai perempuan monogami bernama Yudhistira. Draupadi tidak dihadirkan sebagai perempuan poligami seperti dalam cerita versi India. Kehadiran tokoh Antasena.

Tokoh Antasena hanya muncul dalam cerita Mahabharata versi Jawa. Konstruksi narasi sebagai identitas Indonesia juga muncul pada tokoh Maharishi yang bercerita kepada Prabu Janamejaya.

“Komik Mahabharata karya Gan Gun banyak memuat ajaran agama Hindu, sepertinya tidak ada konstruksi radikal karena Mahabharata berasal dari India,” jelasnya.

Kedua, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi ekspresi identitas keindonesiaan dalam komik wayang oleh tiga komikus, yaitu kesadaran akan pentingnya penguatan identitas budaya daerah, unsur nasionalisme, dan unsur ideologi kapitalis.

Sedangkan kesimpulan ketiga, ekspresi identitas dalam komik wayang Mahabharata mengakibatkan lahirnya rekreasi komik, diterimanya komik sebagai budaya Indonesia, menentang hegemoni identitas komik. Kebudayaan Barat dengan kemunculan komik Wayang sepanjang sejarahnya pada tahun 1955 hingga tahun 2015. dan lahirnya genre komik baru di Indonesia.

Terakhir, I Wayan Nuriarta berpendapat bahwa penelitian ini mempunyai manfaat praktis bagi dunia pendidikan seperti materi atau modul pendidikan yang dapat digunakan untuk mengajarkan desain komunikasi visual.

Penelitian ini juga memperkaya khasanah kajian kritis budaya komik populer dalam kajian budaya dan kajian komunikasi visual, khususnya terkait ekspresi identitas budaya dalam komik.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours