Kata Macron, Ukraina Tak Boleh Menyerah pada Tuntutan Rusia

Estimated read time 2 min read

ZURICH – Presiden Prancis Emmanuel Macron yakin Ukraina tidak boleh menuruti tuntutan Rusia untuk mewujudkan perdamaian abadi di bekas Uni Soviet.

Berbicara pada “KTT untuk Perdamaian di Ukraina” di Swiss pada hari Sabtu, Macron menyerukan lebih banyak negara untuk terlibat dalam proses mengakhiri perang dengan Rusia.

Namun, Moskow tidak diundang ke pertemuan tersebut, sehingga Kremlin berpendapat bahwa perundingan tersebut sia-sia.

“Kita semua berkomitmen untuk membangun perdamaian abadi,” kata Macron.

“Perdamaian seperti itu tidak bisa berarti penyerahan Ukraina. “Ada penyerang dan ada korban,” ujarnya kepada Russia Today, Minggu (16/6/2024).

Dia mengatakan setiap kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran harus memulihkan kedaulatan Ukraina dan menghormati aturan internasional.

KTT di Swiss terjadi ketika pasukan Rusia terus menguasai medan perang melawan pasukan Kiev yang kalah jumlah dan persenjataan.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pekan lalu bahwa Ukraina kehilangan setidaknya 50.000 tentara setiap bulannya, sementara Moskow menderita korban yang tidak disebutkan secara spesifik.

Macron dan para pemimpin Barat lainnya bersikeras bahwa Rusia tidak boleh dibiarkan menang, dan mereka berjanji untuk terus memberikan senjata tambahan dan bantuan ekonomi kepada Kiev selama diperlukan.

Macron telah menjadi pendukung utama keterlibatan NATO yang lebih dalam dalam konflik tersebut dan meminta koalisi negara-negara pro-Kiev untuk mengirim pelatih militer ke Ukraina.

Ia juga menyarankan agar anggota NATO tidak menolak mengerahkan personel militer di masa depan.

Para pejabat Rusia mengklaim bahwa para pemimpin Barat membatalkan perjanjian perdamaian sementara antara Moskow dan Kiev pada Maret 2022 yang akan mengakhiri pertempuran hanya beberapa minggu setelah perjanjian itu dimulai.

Sementara itu, New York Times melaporkan bahwa para pemimpin Amerika dan Polandia terkejut melihat rancangan perjanjian damai 2022 dinegosiasikan di Istanbul.

Surat kabar tersebut menerbitkan tiga dokumen yang dikatakan berasal dari perundingan, termasuk teks perjanjian yang diusulkan oleh pihak Ukraina.

Menurut dokumen tersebut, Ukraina menyetujui proposal yang menjanjikan “netralitas permanen” dengan imbalan jaminan keamanan dari AS, Inggris, Prancis, Rusia, dan Tiongkok.

Rencana tersebut tidak diterima dengan baik oleh para pejabat AS, yang melihatnya sebagai “pelucutan senjata sepihak”.

Putin mengatakan pada hari Jumat bahwa Moskow akan memerintahkan gencatan senjata dan memulai perundingan perdamaian jika Kiev menyetujui serangkaian persyaratan, termasuk menyerahkan kelima wilayah bekas Ukraina yang memberikan suara dalam referendum untuk menjadi bagian dari Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky langsung menolak tawaran tersebut dan menyebutnya sebagai “ultimatum”.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours