Ahli gizi ingatkan bahaya obesitas akibat konsumsi minuman manis

Estimated read time 3 min read

Jakarta (Antara) – Ahli gizi klinis Universitas Indonesia Luciana Sutanto MS, Sp.GK mengingatkan bahaya obesitas akibat mengonsumsi minuman manis setiap hari.

Konsumsi minuman manis secara teratur dapat meningkatkan asupan kalori sehingga meningkatkan risiko terjadinya obesitas dan sindrom metabolik, kata Luciana kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Diketahui, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melaporkan ada 60 anak yang dirawat karena gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSCM) Sipto Mangunkusumo.

Di media sosial diberitakan banyak anak atau remaja yang menderita gagal ginjal dan harus cuci darah akibat konsumsi minuman manis manis (MBDK) berlebihan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat mengurangi asupan makanan manis dan minuman manis yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit.

Tak hanya itu, diterbitkan Peraturan Pemerintah 28 Tahun 2024 sebagai implementasi Peraturan Nomor 17 Tahun 2023 yang mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak (GGL in) di masyarakat.

Dalam konteks ini, Luciana mengatakan, baik dikonsumsi atau tidak, minuman manis berisiko terjadinya obesitas dan gangguan metabolisme seperti diabetes, kolesterol/trigliserida darah tinggi, asam urat, tekanan darah tinggi, dan gangguan kesehatan lainnya.

Khusus untuk anak-anak, ia menekankan pentingnya mengedukasi orang tua dan siswa tentang pola makan sehat agar tidak makan berlebihan.

Menurutnya, pendidikan harus berpedoman pada pola makan sehat dan gizi seimbang sebagaimana anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Idealnya, pengetahuan tentang pola makan sehat berbasis pola makan seimbang sesuai anjuran pemerintah atau Kementerian Kesehatan diajarkan sejak dini di sekolah dan masyarakat luas, ujarnya.

Menteri Kesehatan Menkes Budi Gunadi Sadikin pernah mengatakan bahwa sekitar 13 persen penduduk Indonesia, atau sekitar 35,8 juta orang, menderita diabetes dan penyakit ini bisa bertambah parah jika tidak diobati.

“Itu cuci darah. Kalau tidak diobati setiap hari, bisa menjadi penyakit kronis. Solusi paling mudah adalah dengan melihat ukuran gennya. Kalau lebih dari 34, mungkin gulanya tinggi,” kata Budi.

Oleh karena itu, ia berharap masyarakat, khususnya anak-anak, mulai mengurangi asupan makanan dan minuman tinggi gula sebagai salah satu cara mencegah penyakit kronis.

“Anak-anak sekarang minum gula semua. Itu yang perlu dikurangi. Kembali ke bebas gula,” ujarnya.

Tingginya konsumsi gula pada junk food dan minuman ringan telah dikaitkan dengan anak-anak yang memerlukan cuci darah karena gagal ginjal.

Tren makanan dan minuman manis saat ini menjadikan faktor ini lebih tahan terhadap konsumsi gula berlebihan, sehingga mereka menyarankan untuk mengurangi konsumsi gula ke tingkat yang aman untuk mengurangi risiko penyakit.

“Anak-anak sekarang banyak yang diberi minuman dan makanan tinggi gula. Makanya orang Indonesia suka gula. Padahal gula itu penyebab segala macam penyakit, mulai dari ginjal, liver, stroke, jantung, itulah penyebab gula,” kata Budi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours