Empat koperasi di Jateng jadi percontohan koperasi hijau

Estimated read time 3 min read

Semarang (ANTARA) – Empat koperasi di wilayah Jawa Tengah menjadi pilot project penerapan program koperasi hijau yang berperan aktif sebagai agen perubahan dalam terlaksananya kegiatan produktif anggota dan lembaga dalam proses adaptasi perubahan iklim.

“Kami memiliki empat koperasi di Jawa Tengah yang menjadi ‘pilot project’ koperasi hijau,” kata Manajer Proyek Koperasi Hijau (Kesiapan Adaptasi) Home Energy Foundation (YRE) Bren Wiratsongko di Semarang, Sabtu.

Hal tersebut disampaikannya dalam seminar “Pembelajaran Transisi Koperasi Hijau Beradaptasi Perubahan Iklim di Provinsi Jawa Tengah” yang dihadiri oleh perwakilan Kementerian Koperasi dan UKM, pengelola koperasi dari berbagai daerah, serta pihak terkait dan pihak-pihak yang berkepentingan. .

Koperasi yang ada ada 4 yaitu KK Gardu Tani Gedong Songo di Kabupaten Semarang, KSP Qaryah Thayyibah di Kota Salatiga, KSPPS Usaha Syariah Bersama di Kabupaten Parti dan KSPPS Tekun Syariah Mandiri di Kabupaten Boyolali.

Bren menjelaskan, koperasi hijau berlaku pada koperasi yang sudah ada dengan memasukkan unsur kesadaran lingkungan dan perbaikan pengelolaan, termasuk penerimaan anggota yang inklusif, termasuk perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya.

“Koperasi kita namakan sebagai agen perubahan karena merupakan organisasi yang berbasis partisipasi masyarakat atau rakyat, bukan permodalan. Beda dengan dunia usaha. Potensi masyarakat untuk melakukan perubahan melalui kelembagaan lebih besar,” tuturnya.

Sebagai lembaga keuangan, pendidikan, dan sosial di tingkat lokal, kata dia, koperasi di Indonesia relatif maju dalam integrasi sosial dan kelangsungan ekonomi melalui dukungan berbagai kebutuhan pembangunan dalam negeri atau usaha kecil masyarakat.

Namun, kata dia, koperasi di Indonesia belum memaksimalkan potensinya untuk berpartisipasi dalam pendanaan adaptasi iklim, baik dalam kegiatan mitigasi maupun adaptasi.

Data BPS tahun 2021, dari 127.846 koperasi yang aktif di Indonesia, hanya sebagian kecil gerak usaha yang terkait dengan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya pembiayaan energi terbarukan seperti biogas domestik, mikrohidro, dan panel surya.

“Oleh karena itu, kami berharap (keempat koperasi) bisa menjadi studi kasus agar bisa kita serahkan ke kementerian agar bisa kita replikasi di koperasi lain,” kata Bren.

Sementara itu, Deputi Bidang Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi mengatakan koperasi hijau harus menjadi isu penting ke depan untuk menjaga lingkungan usaha yang berkelanjutan.

“Koperasi hijau merupakan dedikasi terhadap pengembangan usaha yang berorientasi tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi tetapi menjaga keberlangsungan usaha yang berbasis lingkungan hidup agar ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujarnya.

Menurutnya, para pelaku usaha koperasi mempunyai kepentingan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, sehingga koperasi hijau sebagai “kerangka” diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kolektif dalam pengelolaan usaha koperasi.

Saat ini, kata dia, terdapat empat koperasi yang menjadi percontohan koperasi hijau oleh YRE bersama Kementerian Koperasi dan UKM, namun nyatanya sudah ada koperasi yang menjalankan sistem koperasi hijau, khususnya yang bergerak di sektor pertanian dan perkebunan.

Ia mengatakan, hampir dapat dipastikan koperasi yang bergerak di bidang pertanian dan perkebunan akan menerapkan sistem koperasi hijau dengan sangat memperhatikan kelestarian lingkungan hidup demi kelangsungan usahanya.

“Misalnya koperasi susu sapi perah. Mereka tidak hanya memerah susu sapinya saja, tapi sebagian limbahnya akan diubah menjadi biogas untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan memasak rumah,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours