PLN siap terapkan CCS dorong dekarbonisasi sektor kelistrikan

Estimated read time 3 min read

Jakarta (Antara) – PT PLN (Persero) siap menerapkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), salah satu langkah dekarbonisasi di sektor ketenagalistrikan, mendukung pemerintah mencapai tujuan Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.

Direktur Utama PLN Dharmawan Prasodojo dalam jumpa pers, Senin, mengatakan PLN telah menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk mengurangi emisi karbon pada NZE 2060, salah satunya adalah pengembangan teknologi CCS.

Ia menambahkan, PLN sebagai perusahaan pionir di Indonesia dalam penerapan teknologi CCS di bidang ketenagalistrikan telah bekerja sama dengan beberapa mitra internasional untuk mempelajari teknologi CCS di lima pembangkit listrik.

“Kami telah bekerjasama dengan beberapa partner internasional untuk melakukan kajian implementasi CCS di 4 PLTU dan 1 PLTGU kami,” kata Dharmawan.

Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN Warsono menjelaskan, saat ini pembangkit sebesar 37,6 gigawatt (GW) telah memenuhi persyaratan penerapan CCS dan 19 GW secara teknis layak dan diprioritaskan untuk penerapan CCS.

“PLN bersiap menerapkan CCS dengan 2 GW pada tahun 2040 dan 19 GW pada tahun 2060,” ujarnya.

Untuk menyukseskannya, PLN bekerja sama dengan mitra seperti JERA dan JGC, INPEX dan Carbon Korea untuk mempelajari penerapan CCS di PLTU dan PLTGU PLN.

Pembangkit percontohan penerapan CCS antara lain PLTU Suralaya Unit 1-4, PLTU Suralaya Unit 5-7, PLTU Indramayu, PLTGU Tambak Lorok dan PLTU Tanjung Jati B.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandajaitatan mengatakan pada International and Indonesia CCS Forum 2024 yang digelar di Jakarta akhir Juli lalu, Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2024 menunjukkan penyelenggaraan kegiatan penangkapan dan penyimpanan karbon. . Komitmen dan keseriusan pemerintah dalam penerapan teknologi CCS sebagai bagian dari inisiatif dekarbonisasi.

Menurut Luhut, penerapan ini bukan hanya upaya penurunan emisi karbon secara signifikan, namun juga upaya menjadikan Indonesia sebagai pionir CCS, menciptakan lapangan kerja baru, dan menciptakan ekonomi sirkular.

“Inisiatif CCS dipimpin oleh Indonesia dan negara tetangga untuk mengurangi emisi dan melindungi bumi. “Selanjutnya, Indonesia ingin menjadi pionir CCS, menyalurkan investasi pada pendapatan, lapangan kerja dan inovasi, serta menciptakan kesejahteraan dan keberlanjutan.”

Selain itu, Satgas Khusus Kementerian ESDM untuk Percepatan Transisi Energi dan Pembangunan Infrastruktur Energi telah menyusun peta jalan pemerintah menuju transisi ke NZE.

Dalam proses ini, teknologi seperti CCS berperan penting dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menggantikannya dengan sumber energi terbarukan (EBT).

“Teknologi inovatif rendah emisi karbon seperti CCS dan CCUS dapat diterapkan dalam situasi tertentu untuk membantu mempercepat pengurangan emisi dalam proses menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan hijau bagi pembangkit bahan bakar fosil,” ujarnya.

Ego saat ini telah melaksanakan 15 proyek CCS dan CCUS di berbagai wilayah. Keseluruhan proyek diperkirakan mampu menyimpan lebih dari 500 gigaton sumber daya.

“Semua proyek ini rata-rata diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2030. Kami yakin Indonesia dapat menjadi negara terdepan dalam pengembangan CCS di kawasan Asia Tenggara karena lokasinya yang strategis dan sumber daya penyimpanan yang tersedia,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours