Perburuan medali emas berbalut nuansa sejarah dan politik

Estimated read time 5 min read

Jakarta (Antara) – Babak semifinal sepak bola putra Olimpiade Paris 2024 akan mempertemukan perebutan medali emas yang penuh nuansa sejarah dan politik.

Ada empat negara yang dipastikan berlaga di babak semifinal Olimpiade Paris 2024, yakni menyambut Prancis, Spanyol sebagai wakil benua Eropa, dan dua wakil Afrika, Mesir, dan Maroko.

Prancis dijadwalkan menghadapi Mesir pada babak semifinal di Stadion Decines-Charpieu, Lyon, pada Selasa (6/8) pukul 02.00 WIB, sedangkan Maroko bertemu Spanyol di Stadion Velodrome, Marseille, pada Senin (7/8) pukul 23.00 Vib.

Berikut pembahasan singkat babak semifinal Olimpiade Paris 2024 cabang sepak bola putra.

Pertempuran antara Eropa dan Afrika

Pada babak semifinal Olimpiade Paris 2024 nanti akan terlihat seperti ajang pertarungan antara wakil benua Eropa dan Afrika karena masing-masing wakil akan saling bertemu.

Prancis bertemu Mesir, sementara Maroko bertemu Spanyol, tabel semifinal ini bisa menjadikan pertandingan final sebagai pertemuan antara wakil Eropa dan Afrika, atau perebutan tempat pertama di sebuah benua.

Dari segi prestasi, wakil Eropa menjadi yang teratas karena Prancis dan Spanyol sama-sama meraih medali emas. Les Blues di Los Angeles edisi 1984 dan La Roja di Barcelona edisi 1992 Abel Ruiz #09 mengejar bola setelah bek Jepang Kota Takai #15 pada pertandingan perempat final Olimpiade Paris 2024 di Stadion Lyon, Lyon. Jumat (2/8/2024). (Foto oleh Arnaud FINISTRE / AFP) (AFP / ARNAUD FINISTRE)

Saat ini Mesir baru mencapai peringkat keempat Olimpiade Amsterdam edisi 1928 dan 1964, sedangkan semifinal Paris 2024 merupakan pencapaian terjauh yang diraih Maroko setelah sebelumnya hanya mampu mencapai babak kedua Olimpiade Munich 1972 dan Tentu saja. Achraf Hakimi dan kawan-kawan ragu untuk berhenti sampai di sini.

Dari segi prestasi selama mengikuti Olimpiade, wakil Eropa jelas lebih tinggi, namun wakil Afrika berpotensi membuat kejutan.

Pada Olimpiade Paris 2024, Maroko membuat kejutan di babak penyisihan grup dengan mengalahkan Argentina 2-1, sedangkan Mesir mengalahkan Spanyol 2-1.

Prestasi puncak wakil Afrika terjadi pada akhir tahun 90an dan awal tahun 2000an, yakni Nigeria meraih medali emas pada edisi Atlanta 1996 dan Kamerun pada edisi Sydney 2000.

Patut ditunggu negara mana yang akan memperebutkan medali emas dan siapa yang harus menderita karena mereka berjuang ‘hanya’ untuk memperebutkan medali perunggu.

Next: Dibalut dengan nuansa sejarah dan dibalut dengan nuansa sejarah dan politik

Pertemuan perwakilan Eropa dan Afrika bisa dikatakan sarat dengan nuansa sejarah dan politik yang terjadi di masa lalu.

Keterkaitan sejarah dan politik keempat negara tersebut tidak lepas dari letak geografis Perancis, Spanyol, Maroko, dan Mesir yang berada di kawasan Mediterania.

Kita awali dulu hubungan Les Blues dengan para Firaun yang berperang karena pada tahun 1800-an, Mesir diduduki oleh pemerintahan kolonial Kekaisaran Perancis di bawah arahan Napoleon Bonaparte.

Dalam kurun waktu 1798 hingga 1801, Napoleon Bonaparte memimpin kampanye menduduki Mesir akibat kondisi politik yang tidak stabil di negara piramida tersebut.

Selain itu, Prancis yang turut serta dalam Perang Besar Eropa juga berambisi memutus jalur perdagangan Inggris ke India sekaligus memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah.

Pada tahun 1799, akibat lengsernya Napoleon dari pimpinan Kerajaan Perancis, kondisi politik Mesir terpecah menjadi dua kubu, yaitu provinsi kemerdekaan dan menguntungkannya kehadiran Perancis di Mesir. Terakhir, masa penjajahan Prancis di Mesir berakhir pada tahun 1801. Para pemain Mesir mengungkapkan kegembiraannya setelah mengamankan tempat di semifinal sepak bola Olimpiade Paris 2024 usai mengalahkan Paraguay pada babak perempat final di Stadion Marseille, Marseille, Jumat (2 ) /8/2024). ). (Foto oleh Pascal GUYOT/AFP) (AFP/PASCAL GUYOT)

Selain itu, Terusan Suez juga bisa saja diprakarsai oleh Perancis, namun pembangunan ini akhirnya diselesaikan oleh Inggris karena kondisi sosial politik yang terjadi di Mesir.

Prancis juga meninggalkan beberapa jejak budaya dan pendidikan di Mesir, seperti Institut Français d’Egypte, Université Française d’Egypte, dan pekan budaya Prancis-Mesir yang dimulai pada tahun 2019.

Selain itu, terdapat hubungan antara Maroko dan Spanyol yang dimulai pada Abad Pertengahan dan pada saat negara Matador dikuasai Kesultanan Islam yang berakhir pada tahun 1492.

Penaklukan Kerajaan Inggris Castile dan Aragon memaksa kesultanan Muslim mengakhiri kekuasaannya di Andalusia dan memaksa sebagian masyarakat dan pejabat tinggi mengungsi ke Afrika Utara, salah satunya adalah Maroko saat ini.

Berikutnya: Hubungan Maroko Hubungan Maroko dan Spanyol tidak berhenti pada Abad Pertengahan karena pada abad ke-19 Kesultanan Maroko menjadi prefektur Perancis dan Spanyol.

Maroko akhirnya resmi menjadi negara merdeka pada tanggal 7 April 1956 dengan sistem pemerintahan monarki parlementer.

Hanya berbatasan dengan Laut Mediterania, Spanyol dan Maroko berulang kali terlibat perselisihan kecil mengenai klaim berbagai wilayah antara kedua negara.

Selain itu, terdapat permasalahan di Sahara Barat yang merupakan wilayah kolonial Spanyol dan harus mereka tinggalkan pada tahun 1975. Kini wilayah tersebut sebagian besar berada di bawah kendali administratif Maroko.

Pengaruh pekerjaan terhadap kelahiran pemain turun temurun

Kolonisasi Afrika Utara oleh Perancis dan Spanyol turut memberikan pengaruh terhadap lahirnya pemain-pemain sepak bola berbakat keturunan Afrika. Pemain Paris St Germain asal Maroko Achraf Hakimi merayakan gol usai mencetak gol ke gawang Borussia Dortmund pada laga leg pertama Liga Champions di Parc des Princes di Paris, Prancis, Selasa (19/9/2023). Les Parisiens menang 2-0 berkat gol Mbappe dan Hakimi. Antara foto / Reuters / Benoit Tessier / King. Mengenai pesepakbola berlatar belakang Mesir-Prancis bisa dikatakan ada beberapa karena Prancis hanya berada di Mesir dalam waktu yang relatif singkat, berbeda dengan Aljazair dan Tunisia. Dua pemain paling terkenal adalah Zinedine Zidane dan Karim Benzema yang memiliki darah Aljazair dan bermain untuk Tim Nasional Prancis.

Sementara itu, kita akan banyak melihat contoh pemain keturunan Maroko-Spanyol seperti Achraf Hakimi yang lahir di Spanyol dan memutuskan untuk mempertahankan tanah leluhurnya di Maroko.

Selain itu, ada beberapa pemain berdarah Maroko yang memutuskan bermain untuk Spanyol, seperti Brahim Diaz dan yang terakhir Lamin Jamal.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours