Chery Omoda E5 Dijual Lebih Murah Rp60 Juta di Thailand ketimbang di Indonesia, Kok Bisa?

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Mobil listrik Chery Omoda E5 resmi diluncurkan di Thailand dengan nama berbeda, C5 EV. Menariknya, mobil yang dijual di Indonesia juga lebih murah.

Menurut Paultan, mobil listrik tersebut berada di bawah payung Omod-Jaeco. Di pasar Thailand, mobil listrik ini hadir dalam dua versi, Long Range Plus dijual dengan harga 899.000 baht atau sekitar Rp 405 jutaan, dan Long Range Ultimate dibanderol Rp 949.000.

Dibandingkan dengan yang dijual di Indonesia, harga tersebut jelas sangat murah. Untuk versi termurah Omoda E5 Pure dibanderol Rp 419 juta, sedangkan varian utama dijual Rp 488,8 juta.

Dari segi spesifikasi, C5 EV ditawarkan hanya dengan satu powertrain dan memiliki motor listrik di bagian depan dengan tenaga 204 hp (150 kW) dan torsi puncak 340 Nm. Mobil listrik ini diklaim mampu berakselerasi 0-100 km/jam dalam waktu 7,2 detik, dengan kecepatan tertinggi 172 km/jam.

Baterainya menggunakan Lithium Ferro Phosphate (LFP) berkapasitas 61 kWh yang disediakan BYD, dengan jangkauan 430 km pada pengujian WLTP. Konsumsi energinya sebesar 15,5 kWh per 100 km.

Untuk pengisian daya, C5 EV memiliki pengisi daya AC tiga tahap dengan kecepatan maksimum 9,9 kW, dan pengisi daya DC cepat hingga 80 kW, yang terakhir mampu mengisi baterai dari 30 persen hingga 80 persen dalam 28. menit.

Ada juga fitur vehicle-to-loader (V2L) yang memungkinkan mobil mendistribusikan daya hingga 3,3 kW ke perangkat elektronik. Ini berguna untuk aktivitas di luar ruangan atau saat listrik padam.

“Masuknya kami ke Thailand bertujuan untuk meningkatkan industri otomotif negara ini ke tingkat global dan memberikan pilihan yang lebih baik kepada konsumen di sini,” kata Wakil Presiden Chery International Chen Chunqing.

Soal besarnya perbedaan harga mobil di Thailand dan Indonesia, beberapa waktu lalu peneliti senior Lembaga Ilmu Ekonomi dan Sosial Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEMFEB UI) Riyanto memaparkan penelitiannya.

Menurut dia, harga mobil di dalam negeri setelah banyak produk pajak yang harus dibayar. Riyanto membandingkan, Bea Balik Nama Kendaraan (BBNKB) yang menjadi sumber pendapatan daerah tidak dikenakan di Thailand. Saat ini di Indonesia tarif BBNKB bisa mencapai 12,5 persen dari harga dasar kendaraan.

Riyanto mengatakan “Pajak kita sekitar 40 persen (di Indonesia), sedangkan 32 persen (di Thailand). Bandingkan kita dengan Thailand, yang paling berbeda adalah BBNKB, dengan PPN, PPN kita persentasenya 11, Thailand 7 persen, “ucap Riyanto. ES BSD Kota.

Untuk meningkatkan daya beli dan bersaing dengan Thailand, Riyanto mengatakan pemerintah harus berkorban untuk mengurangi pajak produk. Menurutnya, cara ini bisa membuat harga mobil lebih terjangkau dibandingkan harga yang ada di pasaran saat ini.

“Kalau mau bersaing dengan Thailand harus ada pengorbanan, dari segi penurunan harga, tidak mungkin bisa bersaing dengan Thailand yang harganya sangat murah,” ujarnya.

Selain itu, menurut Riyanto, pajak tahunan mobil di Indonesia juga sangat berat. Pajak yang tinggi membuat masyarakat harus membayar jutaan rupee setiap tahunnya.

“Di Thailand tidak ada BBNKB, pajak tahunannya gratis. Bandingkan kalau low MPV setara Veloz pajaknya hanya Rp 1,6 juta, kita sudah punya Rp 3 juta kalau tidak salah. Innovanya Sekitar Rp 2,5 juta, perbaikannya PKB. Tapi kalau kita PKB, daerah itu pendapatan daerah yang sudah maju, ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours