Benarkah Para Pemimpin Hamas Menyesal Telah Melakukan Serangan 7 Oktober?

Estimated read time 2 min read

GAZA – Serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober dipandang oleh banyak orang di organisasi tersebut sebagai “kesalahan perhitungan” besar yang memiliki konsekuensi mengerikan bagi Gaza dan merusak upaya pembangunan negara Palestina selama beberapa dekade

Hal ini dilaporkan oleh The Economist yang mengutip Mohammed Daraghmeh, seorang jurnalis Palestina yang memiliki “sumber yang baik di antara para pemimpin Hamas”.

Benarkah pemimpin Hamas menyesal melakukan serangan 7 Oktober? Hamas dilaporkan terpecah menjadi kubu karena perbedaan pendapat

Foto/EPA

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Kamis lalu, The Economist melaporkan bahwa setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, kelompok militan Palestina menghadapi pertikaian internal dan potensi perubahan ketika mereka meninjau ulang strategi dan kepemimpinannya.

“Para pemimpin Hamas menyadari bahwa tanggal 7 Oktober adalah sebuah kesalahan perhitungan,” kata Daraghmeh.

Haniyeh dan pengawalnya terbunuh oleh “rudal jarak pendek” yang ditembakkan di luar kediaman mereka di ibu kota Iran pada hari Rabu. Baik Iran dan Hamas menyalahkan Israel atas serangan itu. Teheran telah mengancam Israel dengan “hukuman berat”, yang memicu kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut di wilayah tersebut.

Israel tidak membenarkan atau menyangkal keterlibatannya dalam pembunuhan tersebut. Namun, pada hari Kamis, militer Israel mengkonfirmasi bahwa pemimpin sayap militer Hamas, Mohammed Deif, telah tewas dalam serangan udara di Gaza bulan lalu. Deif secara luas dianggap sebagai salah satu dalang serangan 7 Oktober.

2. Popularitas Hamas menurun di Gaza

Foto/EPA

Menurut The Economist, perang 10 bulan dengan Israel telah merusak reputasi Hamas dalam menjaga ketertiban di Gaza, dan dukungan terhadap pemerintahan kelompok tersebut di wilayah kantong tersebut telah turun di bawah 5 persen.

Pasca serangan 7 Oktober, AS menekan Qatar untuk mengusir para pemimpin Hamas dari tempat persembunyian mereka di Doha jika mereka tidak menyetujui gencatan senjata dengan Israel.

3. Ada kecenderungan gerakan membangun kembali Hamas sebagai organisasi politik

Foto/EPA

The Economist juga menggambarkan adanya perubahan sikap di kalangan Hamas. Sementara beberapa anggota kelompok merayakan serangan tahun lalu di bulan Oktober sebagai pencapaian militer.

“Anggota Hamas yang lebih pragmatis ingin organisasi tersebut membentuk kembali dirinya sebagai sebuah gerakan politik daripada tetap menjadi kelompok gerilya jihadis,” tulis The Economist.

Menurut The Economist, salah satu kandidat utama pengganti Haniyeh, Khalil al-Haya, menyarankan agar Hamas bisa dilucuti.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours