Rekontekstualisasi Semangat Jihad untuk Akhiri Gerakan Radikalisme dan Terorisme

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Mantan pimpinan kelompok Jemaah Islamiyah (JI), Muhammad Saifuddin Umar alias Abu Fida bereaksi terhadap pembubaran organisasi JI. Menurutnya, sebagai umat Islam, masyarakat diajarkan untuk menilai sesuatu dari penampilan. Ditambahkannya, hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu yang tidak terlihat di luar.

Kita sebagai umat islam hanya bisa membaca zahirnya (apa yang tampak/luar saja). Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk menilai seseorang, suatu komunitas atau kelompok apa yang dia ikuti dari apa yang terlihat atau terlihat oleh mata. Jadi didalamnya. Niat manusia hanya Allah ingin tahu,” kata Abu Fida di Surabaya, Kamis (11/7/2024).

Masyarakat memahami bahwa kelompok JI dikenal sebagai kelompok yang berpandangan ekstrim dan menghalalkan kekerasan. Kelompok ini terbukti terlibat dalam aksi bom Bali I dan II, serta serangkaian serangan teroris pada akhir tahun 1990an hingga awal tahun 2000an. Menurut Abu Fida, orang yang mempunyai paham atau ideologi yang penuh kekerasan tentu memerlukan proses yang berkesinambungan agar menjadi normal dan terbuka terhadap perbedaan.

Ia menilai, menghilangkan paham berbahaya tersebut memerlukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan ikut serta bersama masyarakat dalam memperjuangkan keadilan dan kerjasama, agar lingkungan tempat tinggal mereka dapat menerima kembali mantan narapidana dan kehidupan bermasyarakat dapat berjalan seperti sedia kala.

Selain itu, para mantan narapidana juga harus membentuk kesadaran diri akan pentingnya toleransi dan moderasi beragama melalui banyak diskusi dan dialog guna menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Semua itu dilakukan agar mantan narapidana tidak kembali terjebak dalam pola kekerasan sebelumnya yang hanya menjadikan agama sebagai pembenaran atas agenda atau tindakan brutalnya.

Abu Fida juga membahas tentang sepak terjang Siska Nur Azizah, pelaku penyerangan teroris Mako Brimob tahun 2018, yang baru-baru ini secara sukarela memberikan ikrar kepada NKRI. Meski sempat menuai kontroversi terkait niat Siska Nur Azizah mengucapkan baiat, Abu Fida menekankan pentingnya berpikir positif dan menilai sesuatu berdasarkan kondisi eksternalnya.

“Selama belum ada bukti nyata Siska akan kembali ke jalan lama, janjinya harus kita terima dengan ikhlas,” ujarnya.

Berbicara tentang perubahan pola gerakan teroris di Indonesia, Abu Fida mengatakan, sebenarnya jauh sebelum tersiar kabar JI dibubarkan, sudah banyak narapidana yang terkait dengan JI yang menyatakan hati nuraninya.

“Bahwa tahun 2023 bisa dikatakan nihil serangan terorisme atau tidak ada serangan teroris. Hal ini bisa dilihat sebagai implikasi dari pembubaran JI yang sebenarnya sudah ada beberapa penangkapan terhadap anggotanya, dan mengikrarkan ikrar setia kepada NKRI. .oleh mantan anggota JI seperti Siska Nur Azizah,” ujarnya.

Abu Fida juga menekankan pentingnya melakukan rekontekstualisasi atau penafsiran kembali ayat-ayat yang mengatur Jihad dalam ajaran Islam agar sejalan dengan semangat NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Rekontekstualisasi penting untuk menjaga keberagaman di Indonesia, agar ayat-ayat jihad tidak dimaknai tidak sesuai kenyataan,” ujarnya.

Distorsi penafsiran terhadap dalil agama seringkali disebabkan oleh seseorang yang mendapat tekanan atau dipolitisasi oleh pihak tertentu. Menurut Abu Fida, penafsiran firman Allah dan sabda Nabi harus dikembalikan kepada ulama yang berkompeten.

“Sebagai manusia kita hanya bisa menilai apa yang terlihat dan hanya Allah yang mengetahui apa yang tidak terlihat. Indonesia dengan segala keberagamannya harus terus dirawat dan dijaga dengan segenap kekuatan bangsa termasuk umat Islam. Sinergi semua pihak untuk Meraih keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan “Kunci mewujudkan Indonesia yang damai dan harmonis,” jelas Abu Fida.

Mengakhiri pernyataannya, Abu Fida berpesan melalui pendekatan holistik yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, serta retekstualisasi ayat-ayat Jihadi, kita tentunya akan mampu menjaga keberagaman dan menjaga Indonesia dari ancaman radikalisme dan terorisme. Komitmen terhadap NKRI yang dilakukan mantan teroris seperti Siska Nur Azizah merupakan langkah positif yang harus didukung oleh seluruh elemen masyarakat, tutupnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours