Gapmmi: Inisiasi kelembagaan kakao-kelapa pacu hilirisasi

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMI) menilai tatanan pengelolaan kakao-kelapa yang disetujui Presiden Joko Widodo bisa menurunkan sektor tersebut secara signifikan. “Kami berharap pengaturan ini dapat menjamin ketersediaan bahan baku dan mendorong pengurangan program pemerintah,” kata CEO Gupmi Adi Luqman dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, inisiatif kelembagaan yang diajukan Kementerian Perindustrian dapat menopang sektor makanan dan minuman (MAMIN), meningkatkan persaingan, dan meningkatkan pangsa nilai ekonomi (EVA) industri kelapa.

“Gapmi mengapresiasi langkah strategis Kementerian Perindustrian RI dalam membentuk organisasi kakao dan kelapa ini,” ujarnya.

Menurut dia, pengelolaan tanaman kakao dan kelapa akan segera ditingkatkan dari anggaran yang tersedia dengan mengangkat 2 orang Wakil Presiden baru Badan Pengelola Modal Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Wakil Presiden Kakao, dan Wakil Presiden. Sebab buah kelapa bisa dimanfaatkan untuk tumbuh. Kontribusi sektor ini.

Ia mengatakan: Saya yakin pengelolaan permodalan akan memperkuat sektor hulu, agar pertumbuhan sektor hulu dapat mendukung pesatnya pertumbuhan sektor hilir.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan menginisiasi pendirian Institut Kakao dan Kelapa untuk menjamin sumber bahan baku industri, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan nilai ekonomi (EVA) yang diterima dari sektor tersebut.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasmita di Jakarta, Rabu (10/7) mengatakan, Presiden Joko Widodo mengadakan rapat terbatas Dewan Direksi Cocoa and Coconut Fund dan dari hasil rapat tersebut diputuskan pengurus dari kedua sektor tersebut. . , Badan Pengelola Kelapa Sawit (BPDPKS) akan melantik dua wakil presiden baru, yakni wakil presiden bidang kakao dan wakil presiden bidang kelapa.

Menperin menyampaikan antara tahun 2015-2023, produksi kakao Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,3% per tahun dan impor meningkat dari 239.377 ton menjadi 276.683 ton.

Ia memperkirakan pertumbuhan industri pengolahan kakao tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku sehingga 9 dari 20 perusahaan berhenti beroperasi karena saat ini 62 persen industri kakao mengimpor bahan baku.

Oleh karena itu, inisiatif dari Cocoa and Coconut Institute ini diharapkan dapat memberikan hasil yang baik bagi petani dan industri, seperti peningkatan produktivitas melalui perbaikan dan rehabilitasi lahan, pengolahan hasil panen, dan menjamin penyerapan tanaman.

Manfaatnya bagi industri adalah peningkatan nilai ekonomi (EVA), peningkatan pangsa ekspor, serta diversifikasi produk turunan yang bernilai tambah. Baca selengkapnya: Serikat Pekerja: Institut Kakao-Kelapa tingkatkan daya saing industri BACA JUGA: Kemenperin bentuk Institut Kakao-Kelapa BACA JUGA: Mendag: Kakao dan kelapa akan dikelola BPDPKS

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours