Kisah Siu Ban Ci Mualaf, Selir Cantik Prabu Brawijaya yang Dipandang Sebelah Mata

Estimated read time 5 min read

SIU Ban Ci istri Raja Majapahit Prabu Brawijaya adalah putri seorang utusan Raja Dinasti Ming (diduga Kaisar Zheng Tong) yang sangat cantik, terpelajar, halus dan santun. Konon ia kemudian memutuskan untuk berpindah agama ke Islam (mualaf).

Siu Ban Ci Tan Eng Kian atau biasa dikenal dengan Dewi Kian. Prabhu Brawijaya V yang pertama kali berkuasa di kerajaan Majapahit terpesona dengan keindahan dan pesona Siu Ban Si.

Detik-detik terakhir perjalanan hidup Raja Majapahit terinspirasi dari kitab Brawijaya Moksa, tempat pernikahan mereka dilangsungkan. Namun terkadang, pernikahan mereka mengalami pasang surut.

Saat itu, Prabu Brawijaya V dikaruniai seorang putra yang dikandung oleh Siu Ban Si yang kemungkinan besar berjenis kelamin laki-laki. Suatu hal yang menyenangkan bagi seorang raja.

Namun permaisuri Dewi Dwarawati atau Dewi Amarathi tak membiarkan pernikahan mereka mulus. Ratu Siu mendesak Ban Si segera meninggalkan Istana Majapahit.

Jika Prabu tidak menyerahkan Brawijaya V, Ratu Devi Amarathi mengancam akan meninggalkan Prabu untuk kembali ke negeri Sempa (Thailand).

Oleh karena itu Prabu Brawijaya V tidak mempunyai kekuasaan sehingga terpaksa meninggalkan Siu Ban Si dan berangkat ke tanah Sumatera.

“Apakah aku benar-benar perlu berpisah dengan Kanda Prabu? Jadi kami sekarang tinggal di Kaputren Istana Majapahit!”

Prabhu Brawijaya V “Mohon bersabar! Ini demi kebaikan kita semua termasuk putra kita.

Siu Ban Ci merasa ini bukan sekadar ajang perebutan hati raja, melainkan perebutan gelar permaisuri sejati.

Siu Ban Ci luluh dan menerima bahwa ia harus berangkat ke Sumatera.

“Baiklah Kanda Prabu, jika memang aku harus meninggalkan Istana Majapahit, aku terima kenyataan bahwa aku harus menjalani semua ini,” jawabnya.

Prabu Brawijaya V merasa lega dengan keterbukaan hati Siu Ban Si, berharap kelak calon putra yang dikandung Devi Qian akan menjadi pemimpin yang hebat.

Siu Ban Ci akhirnya dikirim ke Palembang dalam keadaan hamil tiga bulan. Siu Ban Cai dititipkan kepada Aria Demar, Adipati Palembang.

Saat itu, Palembang masih berada di bawah kekuasaan Majapahit dan banyak penduduknya yang berasal dari Tiongkok. Dengan menitipkan Siu Ban Cai kepada Aria Demar, Prabu Brawijaya berharap Siu Ban Cai semakin merasa nyaman berada di Palembang.

Raja Batara Prabu Wickramawardana dari Majapahit mempunyai seorang putra dari seorang wanita Tionghoa bernama Arya Demar yang bernama asli Swan Leong. Arya Dhamar adalah paman Prabu Brawijaya.

Dititipkan kepada Arya Demar, Siu Ban Si akhirnya memutuskan masuk Islam. Keputusan berpindah agama ini menjadi titik puncak proses pembelajaran Islam Siu Ban Ci yang dibimbing langsung oleh Arya Demar.

Raden, bimbing aku masuk Islam, aku merasa Raden Arya Damar dan Dewi Dilah selaras dengan Islam, kata Brawijaya Moksa di hadapan Arya Damar mengutip buku Detik-Detik Terakhir Perjalanan Hidup Raja Majapahit.

Siu Ban Ci sungguh-sungguh menjelaskan keislamannya kepada Raden Arya Demar dengan tulus.

“Alhamdulillah tuan putri telah mendapat hidayah,” kata Raden Arya Damar bersyukur atas karunia hidayah Siu Ban Si.

Sehingga akhirnya Dewi Kian terang-terangan menyatakan ketidaksenangannya di hadapan para ulama Kadipaten Palembang, apalagi disaksikan oleh Arya Demar.

Siu Ban Ci berpindah agama dari agama Budha ke Islam tanpa didekati oleh siapapun.

Oleh karena itu, ketika Siu Ban Chi hendak melahirkan, ia semakin tabah mempelajari ajaran Islam, khususnya kandungan Al-Qur’an.

Siu Ban Ci yang dikenal tidak hanya cantik tapi juga cerdas, hanya belajar Islam beberapa bulan namun berkembang pesat.

Bukan sekedar membaca dengan ilmu tajwid saja, namun pendalaman kandungan Al-Qur’an dari para ulama palembang khususnya dari Raden Aria Demar.

Siu Ban Ci merenungkan secara mendalam pernyataan Arya Demar bahwa janin yang membaca Al-Qur’an akan menjadi bijaksana.

Istri Prabu Brawijaya V yang baru masuk Islam ini mengetahui ajaran Islam, misalnya tentang shalat.

Dari ilmu yang dipelajarinya, misalnya seseorang tidak boleh berdiri ketika shalat, ia harus duduk. Jika dia tidak bisa duduk, maka dia boleh shalat sambil berbaring.

Bahkan jika dia tidak bisa tidur, dia bisa berdoa dengan menggunakan sinyal mata. Maka jika isyarat mata tidak dapat dilakukan, ia berdoa.

Meski sedang hamil tua, hal itu tidak menyurutkan semangat Siu Ban Si untuk mencari penjelasan hakikat agama Islam.

Suatu hari Siu Ban bertanya kepada Arya Demar tentang Nabi dan Rasul. “Apakah nabi dan rasul itu?” Dewi bertanya pada Kia.

“Nabi adalah orang yang menerima wahyu dari Tuhan, bukan hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan rasul adalah orang yang menerima wahyu dari Tuhan bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk umat manusia,” jelas Arya Demar.

Siu Ban Ci mengangguk, memikirkan pertanyaan berikutnya.

Namun Arya Demar menulis tentang Siddhartha Gautama (Buddha) dan Nabi Muhammad SAW.

“Siddhartha Gautama diperkirakan merupakan salah satu dari 124.000 nabi di dunia, sedangkan dalam Al-Qur’an hanya disebutkan 314 rasul dan 25 rasul. Namun dalam hal ini, Nabi Muhammad bukan hanya seorang nabi, tetapi juga yang terakhir. Rasulullah. Artinya tidak ada Utusan Allah setelah Nabi Muhammad SAW, karena mereka mutlak dalam agama Islam!” Penjelasan Arya Demar.

Lalu, apakah wahyu Al-Qur’an sama dengan wahyu yang diterima Siddhartha Gautama saat bermeditasi di bawah pohon mati? tanya Siu Ban Ci dengan polosnya.

“Ya, memang ada hal seperti itu.” jawab Arya Demar.

Aria Demar juga berharap penjelasan singkatnya dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada Siu Ban Si tentang Islam.

Selanjutnya Prabu Brawijaya juga memperbolehkan Arya Damar menikah dengan Siu Ban Ci agar Siu Ban Ci tidak celaka menjelang kelahiran anak kesayangannya.

Prabhu Brawijaya meminta agar bayi dalam kandungan Siu Ban Si diberi nama Naraprakosa yang artinya orang yang kuat.

Setelah kelahirannya, buah cinta Prabu Brawijaya dengan Siu Ban Ka, diberi nama Raden Hassan yang diambil dari nama Cina Jin Bun. Setelah dewasa, Raden Hassan berkelana ke Jawa untuk menemui ayah kandungnya, Prabu Brawijaya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours