Kisah LB Moerdani Nekat Memata-matai Panglima ABRI demi Kesetiaan kepada Soeharto

Estimated read time 3 min read

Pada tahun 1978, Indonesia memasuki babak baru dalam kepemimpinan nasional ketika Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden Indonesia. Pada saat yang sama, Jenderal M. Yusuf diangkat menjadi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menggantikan Jenderal Maraden Panggaben. Di tengah keadaan tersebut, Letjen Leonards Benjamin Mordani yang menjabat sebagai Ketua G-D Pertahanan dan Keamanan/Assintel ABRI disebut-sebut menjalankan misi rahasia yang penuh intrik dan keberanian.

Beredar kabar bahwa LB Mordani yang dikenal dengan nama Benny Mordani diam-diam memata-matai Jenderal M. Yusuf dan memberitahukan setiap gerak-geriknya kepada Soeharto. Benny mengisyaratkan popularitas Jenderal Yusuf mengancam Soeharto. Berdasarkan laporan Benny, Yusuf diduga mengumpulkan kekuatan internal untuk menjadi presiden Indonesia.

Selama menjabat, Jenderal M. Yusuf kerap menyedot perhatian. Ia dikenal langsung mempromosikan perwira-perwira yang berprestasi di daerah seperti Timor Timur dan Irian Jaya (Papua). Selain itu, ia juga memberikan izin langsung kepada pasukan komando setingkat letnan kolonel untuk masuk Sekolah Staf dan Komando (SSCCO). Langkah-langkah ini, meskipun populer di kalangan pejabat, telah menimbulkan berbagai rumor dan spekulasi

Puncak Konflik dan Penculikan Voila Konflik antara Jenderal M. Yusuf dan Letjen Benny Mordani mencapai puncaknya pada tanggal 30 Maret 1981. Pada saat yang sama, sebuah pesawat Garuda Voila dibajak hingga ke bank. Beni mengambil langkah untuk mengakhiri krisis tanpa berkoordinasi dengan Jenderal Yusuf. Beni, dengan bantuan pasukan Kopasus yang direkrut secara tiba-tiba, berhasil menumpas para pembajak, yang kemudian dianggap sukses besar di mata Soeharto dan dunia internasional.

Namun ada spekulasi di kalangan ABRI bahwa Beni, dalam kapasitasnya sebagai Asisten Pertahanan dan Keamanan serta Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS), mungkin sengaja merekrut ekstremis Islam untuk melakukan pencurian tersebut. Dugaan itu muncul karena Benny tak hadir di hadapan Ambun saat panggilan komandan

Keberhasilan Beni dalam Operasi Voila memperkuat posisinya di mata Soeharto. Ia dinilai berjasa besar karena berhasil menjaga nama baik Indonesia di dunia internasional. Karena keberhasilannya tersebut, Benny Mordani diangkat menjadi Panglima ABRI pada tahun 1983, menyalip seniornya seperti Letjen Himawan Sutanto yang membawahi Benny.

Diangkatnya Benny menjadi Panglima ABRI menimbulkan kehebohan dan kecemburuan di kalangan lulusan terbaik akademi militer. Meski begitu, Beni tetap melanjutkan langkahnya mengikuti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Politik Pertahanan dan Keamanan Negara yang melarangnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Jabatan Menteri Pertahanan dan Keamanan dijabat oleh mantan Panglima Angkatan Darat Jenderal Poniman.

Kisah keberanian LB Mordani memata-matai Jenderal M Yusuf merupakan babak penting dalam sejarah militer Indonesia. Terlepas dari semua kontroversi dan keberhasilannya, Beni Mordani menunjukkan kegigihan dan kecerdasannya dalam menghadapi situasi yang penuh tantangan, menjadikannya salah satu tokoh militer paling berpengaruh di Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours