BEIJING – Penggunaan baterai lithium iron phosphate (LFP) pada mobil listrik kini sangat populer dibandingkan baterai nikel, mangan, dan kobalt (NMC). Baterai memiliki keunggulan dalam memberikan jangkauan yang jauh karena dapat menyimpan lebih banyak daya.
Baterai LFP juga memiliki keunggulan berupa biaya produksi yang lebih rendah dan risiko kebakaran yang lebih rendah. Namun di balik semua kelebihannya, terdapat kelemahan yang membuatnya tidak lebih baik dari NMC.
Menurut Insideevs, sebuah penelitian yang diterbitkan pekan lalu oleh Journal of Electrochemical Society mengungkap kelemahan baterai LFP. Penelitian menunjukkan bahwa baterai LFP akan mengalami penurunan performa lebih cepat saat diisi hingga 100 persen.
Dr Jeff Dahn, peneliti baterai yang memimpin Jeff Dahn Research Group, adalah salah satu penulis penelitian ini. Laboratoriumnya memainkan peran penting dalam pengembangan baterai NMC untuk Tesla.
Produsen baterai terbesar di dunia CATL telah mengumumkan baterai Shenxing Plus LFP yang diklaim mampu memperpanjang jarak tempuh hingga 600 km hanya dalam 10 menit. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa pengisian baterai LFP hingga penuh dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada sel baterai.
Para peneliti menemukan bahwa pengisian penuh baterai LFP dapat menyebabkan sambungan berbahaya pada baterai karena tegangan tinggi dan panas. Senyawa ini dapat menumpuk di elektroda negatif, menghabiskan litium dan menyebabkan degradasi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa membiarkan baterai LFP dalam kondisi berdaya rendah dapat memperpanjang masa pakainya. Namun hasil penelitian ini terbatas dan tetap disarankan untuk mengikuti rekomendasi produsen mobil.
Temuan tersebut menyimpulkan bahwa meskipun mengisi daya baterai LFP hingga penuh dapat memberikan manfaat seperti jarak tempuh yang jauh, baterai akan lebih cepat habis jika terisi penuh. Dengan penggunaan normal dan perawatan yang tepat, baterai LFP tetap dapat memberikan performa yang baik dalam jangka panjang.
+ There are no comments
Add yours