OJK: Sektor jasa keuangan terjaga stabil didukung permodalan yang kuat

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Ketua Dewan Komisi Pengawas Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan industri jasa keuangan terselamatkan didukung banyak uang di tengah ketidakpastian negara.

Komite Dewan Komisioner (RDK) mengkaji keamanan sektor jasa keuangan yang didukung oleh tingkat pendapatan yang kuat dan kecukupan dana di tengah ketidakpastian global akibat meningkatnya ketegangan perang dagang dan geopolitik serta penyesuaian harga internasional. , kata Mahendra di Jakarta, Senin.

Dalam konferensi pers Hasil RDK OJK Bulan Juli 2024, Mahendra menyampaikan perekonomian Tanah Air dalam kondisi sehat dan tetap berkomitmen menjaga laju pertumbuhan dan menjaga neraca perdagangan, meski tetap perlu mewaspadai penurunan inflasi yang terus berlanjut. berkurangnya pendapatan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan Indonesia pada Juli 2024 ditetapkan sebesar 2,13 persen (year-on-year/yoy). Laju inflasi tahunan pada Juli 2024 sebesar 2,13 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,88 pada Juli 2023 menjadi 106,09 pada Juli 2024.

Sementara perdagangan Indonesia pada Juni 2024 tercatat sebesar 2,39 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan perdagangan Mei 2024 sebesar 2,92 miliar dolar AS.

Saat ini, perekonomian dunia secara umum dipandang sebagai perlambatan pertumbuhan antara penurunan inflasi Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga bank sentral sebesar dua atau tiga kali lipat. AS atau The Fed. Sisa Keuangan (FFR) pada tahun 2024.

Pak Mahendra mengatakan di Eropa, indikator kebijakan menunjukkan pertemuan Juni 2024 masih akan berdampak pada perekonomian sehingga bank sentral Uni Eropa menahan suku bunga.

Demikian pula di Tiongkok, pertumbuhan ekonominya melambat karena lemahnya sektor real estat dalam negeri, sehingga pemerintah Tiongkok dan bank sentral terus mengeluarkan uang dan mendorong investasi.

Selain itu, perdebatan perang dagang dan perdebatan politik global nampaknya semakin relevan dengan agenda politik di Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden pada November 2024, dan yang terbaru di Timur Tengah dan Ukraina.

Dalam konteks pasar keuangan global, OJK selalu mewaspadai risiko-risiko yang mungkin berdampak pada industri keuangan di masa depan, terpuruknya perekonomian Tiongkok yang melemah, tensi politik yang masih kuat. dan perubahan harga ekspor utama.

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang mengawasi perekonomian hendaknya terus mengkaji hal-hal tersebut dari waktu ke waktu, kata Mahendra.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours