3 Tantangan yang Dialami Tim FIK UI saat Lakukan Pengabdian Masyakat ke Suku Badui

Estimated read time 2 min read

Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) di Labak melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang didanai oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI. Kegiatan ini merupakan salah satu dari tiga prinsip pendidikan tinggi yang harus dilaksanakan oleh setiap dosen.

Tim dari Departemen Perawatan Anak dan Keperawatan Maternitas FIK UI mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Desa Canex, Kabupaten Lubbock, Bantan.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Desi Wanda, S.Kp., MN., Ph.D., mengatakan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan literasi kesehatan peka budaya.

Pada saat pengmas diawali dengan meneliti perilaku kesehatan masyarakat terkait kesehatan anak, tim pengmas mengidentifikasi tiga permasalahan yaitu pernikahan remaja, Pemberian Air Susu Tambahan Ibu (MPASI) dan rendahnya cakupan imunisasi.

Umumnya gadis remaja dinikahkan antara usia 14 dan 17 tahun di suku Badui. Faktor risiko terjadinya pernikahan remaja antara lain berat badan lahir rendah (BBLR) dan faktor risiko tinggi terjadinya kelahiran prematur.

Praktek-praktek yang ada saat ini masih dilestarikan secara turun temurun, salah satunya adalah menikahkan anak sedini mungkin.

Pemberian MPASI pada masyarakat Badui ibarat memberi makan bayi pada usia satu bulan. Beberapa ibu yang memiliki anak kecil mengatakan tidak akan terjadi apa-apa jika mereka memberikan pisang kepada anaknya.

“Sorenya saya kasih pisang karena dia nangis terus, Bu,” ujar ibu balita itu saat berbincang usai melakukan Posendo.

Cara yang dilakukan ibu-ibu Badui dalam menyiapkan menu MPASI antara lain dengan mengenalkan bubur instan, menghancurkan biskuit, dan mencampurkan biskuit dengan pisang.

Pada saat yang sama, rendahnya cakupan vaksinasi meningkatkan risiko kesehatan. Masyarakat Badui, terutama ibu yang memiliki bayi, khawatir anaknya akan sakit atau demam setelah vaksinasi. Vaksinasi dilakukan dengan cara bidan mengantar anak kecil ke rumahnya dan menyisirnya.

Kedatangan rombongan untuk mendukung kesehatan anak ini bertepatan dengan pelaksanaan vaksinasi polio dan vitamin A sepekan kali ini. Akibat rendahnya tingkat literasi, akses terhadap informasi menurun.

Tim pengabdian masyarakat FIK UI menghadapi tantangan dalam berkomunikasi dengan warga sekitar. Bahasa yang digunakan suku Badui adalah bahasa Sunda Buntin, berbeda dengan bahasa Sunda yang biasa digunakan oleh anggota kelompok pengabdian masyarakat. Media komunikasi dan pembelajaran lebih disesuaikan dengan bahasa daerah.

Masyarakat adat juga menghadapi hambatan dalam mencari informasi kesehatan secara bebas, baik dari segi ketersediaan maupun tingkat melek huruf.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours