Kekayaan Alam Dieksploitasi, Suku Pedalaman Amazon Bantai Perusak Hutan

Estimated read time 2 min read

LONDON – Insiden tragis di Amazon Peru menunjukkan ketegangan mendalam antara masyarakat adat dan aktivitas komersial yang mengancam wilayah mereka. Berikut ringkasan acaranya:

Kawasan hutan lebat di dekat Sungai Pariamanu, Madre de Dios, menjadi saksi bisu tragedi yang menyoroti konflik tak kasat mata di hutan hujan Amazon.

Dalam insiden yang baru dikonfirmasi oleh Federasi Suku Masyarakat Adat (FENAMAD), dua pekerja dari suku Mashko Piro, salah satu komunitas nomaden paling tertutup dan tak tersentuh di dunia, tewas tertembak peluru.

Konflik bermula ketika beberapa perempuan suku Mashko Piro bertemu dengan sekelompok pekerja yang membuka lahan hutan untuk membangun jalan.

Ketegangan yang terjadi segera berubah menjadi kekerasan, dengan dua pekerja tewas tertembak, satu terluka, dan dua masih hilang.

Fenomena ini mencerminkan konflik mendalam antara kepentingan modern dan hak-hak masyarakat adat yang terganggu akibat pemanfaatan alam.

Survival International yang dikenal terang-terangan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat menyebut tragedi ini sebagai bukti nyata bahwa pemerintah Peru harus segera mengakui dan secara resmi melindungi wilayah suku Mashco Piro.

Direktur Survival International Carolyn Pearce menegaskan tragedi itu dapat dicegah.

“Pemerintah Peru sudah lama mengetahui bahwa kawasan ini milik suku Mashco Piro, namun mereka lebih memilih menjualnya untuk penggundulan hutan,” ujarnya, menurut IFL Science.

Pearce menambahkan, keputusan tersebut tidak hanya membahayakan nyawa suku Mashko Piro yang sangat rentan terhadap penyakit luar, tetapi juga sengaja membahayakan nyawa para pekerja penebangan.

Suku Mashco Piro yang berjumlah kurang lebih 750 anggota merupakan komunitas pemburu-pengumpul nomaden yang hidup terisolasi di hutan tropis Peru tenggara.

Kecurigaan mereka terhadap orang luar sangat beralasan, mengingat sejarah kelam mereka di akhir abad ke-19, di mana ribuan orang diperbudak, diburu dan dibunuh oleh raja karet kolonial di Amazon bagian barat.

Kini ancaman baru mengintai: deforestasi dan perusakan hutan. Insiden terbaru ini menyusul kejadian serupa pada 27 Juli, ketika anggota Suku Unaligned menyerang pohon dengan busur dan anak panah di wilayah sengketa.

Kejadian ini menyoroti perlunya tindakan untuk melindungi wilayah yang dihuni oleh suku asli. Tanpa perlindungan formal, tanah adat seringkali menjadi sasaran eksploitasi komersial, yang dapat mengancam keberadaan dan keamanan masyarakat lokal.

Pemerintah Peru harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi wilayah adat dan memastikan bahwa hak-hak masyarakat adat diakui dan dihormati.

Untuk mengatasi perubahan-perubahan ini dan konsekuensinya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours