Kisah Abu Fida, Eks Pentolan JI Pimpin Kelompok Napiter Tambang Gelar Upacara HUT ke-79 RI di Tuban

Estimated read time 3 min read

Tuban – Sejumlah mantan narapidana teroris (Nepitar) yang dikenal dengan Kelompok Terbang (Nepitar Tambang) menggelar upacara peringatan HUT ke-79 berdirinya Republik Indonesia di Desa Punggul, Tuban, Rangel, Jawa Timur, Sabtu (11/1). 17/17/2018). 8/ Jawa Timur). 2024).

Kegiatan tersebut dipimpin oleh mantan narapidana sekaligus mantan tokoh senior Jamaah Islamiyah (JI) M Saifuddin Umar alias Abu Fida. Selain rombongan terbang, masyarakat setempat juga turut serta dalam acara tersebut.

“Kami mengangkat tema nasionalis yang menyasar para penambang di wilayah tersebut. “Ini adalah upaya kami untuk membangun kembali nasionalisme di antara mereka yang menempuh jalur ekstremisme,” kata Abu Fida kepada SindoNews.

Di desa kecil ini, jalan-jalan desa dihiasi dengan dekorasi berwarna merah putih. Tenda didirikan dan warga berkumpul dalam semangat persatuan.

Abu Fida, pria yang pernah ditakuti sebagai bagian dari jaringan teroris, kini muncul dengan misi baru yang tak kalah menantang.

Ketika Anda memutuskan untuk kembali, kembalilah ke jantung Negara Republik Indonesia. Melalui kelompok terbang, ia ingin menunjukkan bahwa mantan narapidana terorisme bisa memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Abu Fida melanjutkan: “Ini bukan sekedar merayakan kebebasan, ini tentang menjelaskan kebebasan itu sendiri. Bagi kita yang tersesat, ini adalah kebebasan dari pikiran sempit, kebencian dan ketakutan.”

Abu Fida yang berpengalaman di bidang pertambangan yang menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat Punggul menekankan perlunya para penambang memahami sepenuhnya perannya dalam pembangunan bangsa.

Sebagian besar anggota kelompok terbang adalah mantan narapidana.

Meski awalnya skeptis, lambat laun masyarakat mulai menerima kembali keberadaan mereka, terutama setelah kelompok tersebut aktif dalam kegiatan sosial dan ekonomi di desa.

Peringatan hari kemerdekaan ini merupakan hasil dari segala upaya membangun kembali ikatan sosial yang telah terputus.

Abu Fida melanjutkan: Kegiatan ini bukan sekedar rutinitas simbolis. Di balik kompetisi khas 17an seperti panjat arena dan tarik tambang, terdapat dialog nasional yang melibatkan para penambang.

Berfokus pada kesejahteraan pribadi, para penambang diajak untuk merefleksikan perannya dalam kehidupan berbangsa.

“Nasionalisme bukan sekadar mengibarkan bendera atau meneriakkan slogan-slogan, tapi tentang bagaimana kita bisa berkontribusi pada negara dalam segala hal yang kita lakukan, termasuk tambang ini,” tambah Yani, salah satu tokoh masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.

Bagikan dengan komunitas

Peringatan HUT RI juga penuh dengan dialog dan diskusi sederhana. Banyak mantan narapidana yang berbagi kisah hidup mereka, mulai dari terlibat dalam kegiatan teroris hingga menyadari pentingnya nasionalisme.

Mereka mengajak para penambang untuk memahami betapa pentingnya rasa memiliki bangsa dan negara serta menanamkan rasa bangga menjadi bagian dari NKRI.

Aparat keamanan dalam hal ini Satuan Intelijen dan Keamanan (Intelcom) Polres Tuban Jawa Timur mendukung acara tersebut. Personil TNI hadir untuk memantau kemajuan program tersebut.

“Meskipun demikian, suasananya mendukung dan jauh dari intimidasi. Abu Fida melanjutkan: “Kehadiran mereka lebih merupakan bentuk penghargaan atas upaya rekonsiliasi kami.”

“Ibu Fida dan teman-temannya bisa memanfaatkan pengalaman masa lalu mereka untuk memberikan pelajaran berharga kepada kami. Mereka kini menjadi contoh bahwa setiap orang bisa membuat perbedaan, dan kontribusi mereka terhadap desa ini sangat nyata,” kata Arif, salah satu anggota intelijen. dan keamanan di Polres Tuban. .

Lanjut Arif, Memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan Indonesia menunjukkan bahwa mantan narapidana teroris seperti Abu Fida bisa berperan aktif di masyarakat bahkan mengajak orang lain untuk lebih mencintai tanah air.

Peristiwa tersebut membawa pesan yang kuat: ekstremisme dan nasionalisme dapat dikalahkan dengan pendekatan yang tepat, sesuatu yang patut diberi kesempatan kedua.

Menurutnya, acara tersebut menjadi momen penting tidak hanya bagi kelompok “Terbang” dan masyarakat Punggul, namun bagi seluruh Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours