Perkasa Terhadap Dolar, Rupiah Menguat ke level Rp16.035

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah ditutup menguat 129 poin ke level Rp 16.035 meski melemah 130 poin dari penutupan sebelumnya di kisaran Rp 16.164,5.

Perdagangan yang lemah, ditambah dengan data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan pada hari Jumat dan pendapatan perusahaan-perusahaan teknologi besar yang mengecewakan, menyebabkan aksi jual saham global dan menambah pelemahan tersebut, kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi.

“Pedagang sekarang memperkirakan The Fed akan melakukan pelonggaran suku bunga sebesar 110 basis poin (bps) tahun ini, dengan peluang hampir 70% penurunan suku bunga sebesar 50bps pada bulan September, menurut alat CME FedWatch, turun dari 85% pada hari Senin,” katanya. . Di ruang kerjanya di Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Dia mengatakan pada hari Senin bahwa pembuat kebijakan bank sentral AS menolak pandangan bahwa data pekerjaan bulan Juli yang lebih lemah dari perkiraan berarti perekonomian berada dalam resesi, dan memperingatkan bahwa The Fed perlu menurunkan suku bunga untuk menghindari hasil seperti itu.

Selain itu, Deputi Gubernur BOJ Shinichi Uchida mengatakan bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga ketika pasar sedang bergejolak. Komentarnya memicu optimisme bahwa suku bunga Jepang tidak akan naik tajam seperti perkiraan awal bank tersebut.

BOJ menaikkan suku bunga pada minggu lalu dan mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini, dengan perubahan sikap agresif yang tidak terduga memukul pasar Jepang dengan keras.

Belakangan, seluruh impor Tiongkok melebihi ekspektasi, menunjukkan ketahanan konsumsi domestik.

“Namun, neraca perdagangan negara tersebut turun lebih dari yang diharapkan karena ekspor terpukul oleh tarif perdagangan Eropa baru-baru ini terhadap kendaraan listrik Tiongkok. Tarif yang berlaku saat ini berpotensi mempengaruhi permintaan barang-barang Tiongkok,” jelas Ibrahim.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2024 tercatat sebesar $145,4 miliar, naik dari posisi akhir Juni 2024 sebesar $140,2 miliar.

Peningkatan cadangan devisa ini terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah, serta pendapatan pajak dan jasa.

Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa mampu menunjang stabilitas sektor eksternal, menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI menilai cadangan devisa masih cukup untuk terus mendukung stabilitas sektor eksternal.

“Prospek ekspor tetap positif dan neraca operasi modal dan keuangan diperkirakan akan terus mencatat surplus seiring dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik sehingga mendukung terjaganya stabilitas eksternal.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours