Indonesia berbagi praktik baik wujudkan ketahanan pangan di IAF ke-2

Estimated read time 2 min read

Badung (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkap banyak praktik baik yang diterapkan Pemerintah Indonesia untuk menjamin keamanan dan keamanan pangan pada Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 di Bali, Selasa.

“Visi kami adalah mewujudkan pengelolaan, penguatan, dan keberlanjutan pangan negara yang efektif untuk mencapai ketahanan pangan yang berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan,” kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi pada Diskusi Panel IAF ke-2 di Badung, Bali.

Untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia, Arief mengungkapkan tujuan yang ditetapkan Bapanas, tujuan pertama adalah menjamin ketersediaan dan stabilitas pangan.

Tujuan lainnya adalah upaya menjamin penanganan masalah pangan dan kerawanan pangan, serta upaya yang berbeda dengan ketahanan pangan.

Ketersediaan pangan ditujukan untuk mencapai kepuasan pangan dan menjaga harga pangan di seluruh Indonesia.

Kemudahan akses terhadap pangan juga diharapkan Pemerintah Indonesia dapat mencapai pengurangan tempat-tempat yang tidak aman dan mengurangi sampah makanan.

Selain itu, pemerintah juga berupaya memanfaatkan pangan untuk mencapai peningkatan konsumsi berdasarkan tujuan yang direkomendasikan dan menjamin kualitas dan keamanan pangan segar.

Tujuan tersebut dicapai melalui pelaksanaan berbagai program, pemberian nasihat mengenai pangan dan kebutuhannya, cadangan pangan, pengendalian harga pangan, serta pengendalian produksi dan konsumen.

Dalam konteks itu, pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Presiden nomor 125 tentang Penyelenggaraan Pangan Pemerintah.

Dalam diskusi tersebut, Arief mengemukakan beberapa kebijakan terkait kesadaran pangan dan soft food, serta kebijakan terkait bantuan pangan dalam hal pencegahan dan pengendalian kontaminasi dan konsumsi pangan, serta pemanfaatan pangan sebelum dibuang.

Mengusung tema “Semangat Bandung for Africa Agenda 2063”, Indonesia ingin menjadikan Semangat Bandung hasil Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 sebagai landasan bagi kelanjutan pengembangan kerja sama Indonesia dan negara-negara Afrika di masa depan.

Beberapa kerja sama yang akan diprioritaskan dalam dewan tersebut adalah kerja sama reformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.

Hasil konkrit yang diharapkan dapat dicapai antara lain kesepakatan antara pemerintah atau G-to-G, antara pemerintah dengan dunia usaha atau G-to-B dan antara pelaku usaha atau B-to-B, seperti Grand Design Pembangunan Indonesia. dan Afrika, termasuk negara ketiga lainnya melalui kerja sama segitiga, dengan rencana bisnis hingga 3,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 54,69 juta).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours