Kemlu: IAF 2024 harus ubah persepsi tentang Afrika

Estimated read time 2 min read

Badung (Antara) – Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menilai Indonesia-Africa Forum 2024 (IAF) harus mengubah persepsi masyarakat Indonesia terhadap negara-negara di kawasan Afrika.

“Afrika bukan hanya soal kemiskinan, bukan hanya soal konflik, ada hal lain,” kata Abdul Kadir Jailani, Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia, pada konferensi pers. Seri ke-2 IAF di Badung, Bali pada Minggu (1/9).

Pernyataan itu disampaikan Abdul Qadir saat ditanya soal tidak ikutnya negara-negara Afrika pada IAF kedua yang digelar di Badung, Bali pada 1-3 September 2024.

Ia kemudian menjawab bahwa ide utama diadakannya Indonesia-Africa Forum adalah untuk menekankan dan menonjolkan potensi negara-negara Afrika.

Oleh karena itu, IAF kedua diselenggarakan pada tahun ini untuk memperluas kerja sama dengan negara-negara Afrika setelah IAF pertama diselenggarakan pada tahun 2018.

Untuk memperluas kerja sama tersebut, Abdul Kadir menilai perlu juga dilakukan upaya untuk mengubah citra Afrika di mata masyarakat Indonesia.

Dikatakannya, Afrika tidak hanya dikaitkan dengan negara-negara yang miskin atau banyak konflik, namun kawasan tersebut juga memiliki banyak potensi.

Oleh karena itu, kata dia, forum ini merupakan peluang penting untuk memahami lebih dalam kemungkinan-kemungkinan yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan negara-negara di kawasan ini.

“Forum ini memberikan peluang yang baik bagi para akademisi, perusahaan untuk saling berinteraksi, saling terlibat sehingga kita bisa lebih memahami potensi Afrika,” ujarnya.

Sementara itu, terkait peran IAF dalam mengatasi konflik di kawasan Afrika, Abdul Qadir menilai ada forum atau asosiasi lain yang menurutnya lebih cocok untuk membahas permasalahan tersebut, yakni PBB.

Ia mengatakan, sesuai aturan internasional, negara lain tidak boleh ikut campur dalam upaya mencari solusi atas seluruh konflik yang ditangani PBB.

Meski demikian, ia menegaskan Indonesia selalu berupaya mendorong tercapainya perdamaian internasional dan ketertiban dunia.

Ia kembali menegaskan, Forum Indonesia-Afrika lebih fokus pada kerja sama ekonomi untuk menghindari permasalahan lain terkait upaya penyelesaian konflik yang dibahas dalam forum tersebut.

Abdul Qadir berkata: “Seperti yang saya katakan sebelumnya, tujuan utama pertemuan kita adalah untuk mendorong kerja sama ekonomi.”

Mengusung tema “Bandung Spirit for Africa Agenda 2063”, Indonesia ingin menjadikan Bandung Spirit dari Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 sebagai landasan untuk melanjutkan pengembangan kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika di masa depan.

Beberapa prioritas kerja sama dari forum tersebut antara lain kerja sama transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.

Di dalamnya terdapat Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika termasuk pemerintah atau negara ketiga melalui perjanjian perdagangan G-to-G, G-to-B dan B-to-B, serta kerja sama segitiga. , dengan target bisnis sebesar US$ 3,5 miliar (sekitar Rs 53,9 triliun).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours