Kisah Muhammad Ali Ikut Demonstrasi, Simbol Perlawanan terhadap Ketidakadilan

Estimated read time 3 min read

NEW YORK – – Petinju legendaris Muhammad Ali punya peran besar di luar ring tinju. Selain kehebatannya di lapangan, Ali merupakan sosok yang blak-blakan dalam memperjuangkan hak-hak sipil dan keadilan sosial, khususnya di Amerika Serikat pada tahun 1960an hingga 1970an. Salah satu momen terpenting dalam perjalanan aktivismenya adalah keikutsertaannya dalam berbagai demonstrasi menentang ketidakadilan rasial dan memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam.

Ali lahir Cassius Marcellus Clay Jr. pada tahun 1942, ia mulai menunjukkan ketertarikannya pada gerakan hak-hak sipil setelah menjadi juara dunia kelas berat pada tahun 1964. Pada tahun yang sama, ia memutuskan untuk masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Ali, sebuah langkah yang mencerminkan identitas barunya dan komitmennya terhadap keadilan sosial. .

Salah satu tindakan Ali yang paling berani terjadi pada tahun 1967, ketika ia menolak wajib militer dan berperang di Vietnam, dengan alasan bahwa perang tersebut bertentangan dengan keyakinan agama dan moralnya. Keputusan tersebut membuatnya mendapat kecaman dari banyak pihak, termasuk pemerintah AS yang kemudian mencopot gelar juara dunianya dan melarangnya berkompetisi selama hampir empat tahun.

Namun Ali tidak pernah mundur dari posisinya. Sebaliknya, ia menjadi lebih aktif dalam gerakan hak-hak sipil, berpartisipasi dalam demonstrasi anti-perang dan menentang diskriminasi rasial. Momen penting adalah ketika ia ikut serta dalam demonstrasi di Chicago pada tahun 1967, menuntut perumahan yang lebih baik bagi warga kulit hitam. Ali juga berpartisipasi dalam berbagai protes yang diselenggarakan oleh aktivis hak-hak sipil, termasuk Martin Luther King Jr. dan Malcolm X, yang menjadi sahabatnya.

Partisipasi Ali dalam demonstrasi dan gerakan sosial menjadikannya tidak hanya petinju hebat, tapi juga ikon perjuangan melawan ketidakadilan. Ia memanfaatkan ketenarannya untuk menarik perhatian publik terhadap isu-isu yang sering diabaikan, seperti rasisme, kemiskinan, dan kesenjangan.

Setelah kembali ke ring tinju pada tahun 1970, Ali terus mendukung berbagai gerakan sosial hingga akhir hayatnya pada tahun 2016. Warisannya sebagai petinju pemberani dan aktivis yang ulet menjadi inspirasi mendalam bagi banyak orang di seluruh dunia seorang juara di atas ring, namun seorang pejuang yang membela keadilan dan hak asasi manusia.

Prestasi Muhammad Ali

Muhammad Ali pertama kali dikenal dunia saat ia meraih medali emas Olimpiade Roma 1960 di kategori kelas berat ringan, yang mengawali karir profesionalnya. Pada tahun 1964, ia meraih gelar juara dunia kelas berat saat mengalahkan Sonny Liston dalam pertandingan yang menggemparkan dunia.

Ali membuat sejarah dengan menjadi juara dunia kelas berat tiga kali, sebuah pencapaian yang berbeda dari masanya. Kemenangannya atas George Foreman di “Rumble in the Jungle” pada tahun 1974 dan kemenangannya atas Joe Frazier di “Thrilla in Manila” pada tahun 1975 adalah dua dari sekian banyak pertandingan ikonik yang mengukuhkan statusnya sebagai juara sejati.

Selain prestasinya di atas ring, Ali juga diakui sebagai salah satu orang paling berpengaruh dalam sejarah olahraga dan kebudayaan dunia. Ia telah menerima banyak penghargaan bergengsi, termasuk “Sportsman of the Century” dari Sports Illustrated dan BBC, yang menunjukkan pengaruhnya dalam dunia tinju.

Lebih dari seorang petinju, Ali juga dikenal sebagai aktivis yang terus memperjuangkan hak-hak sipil dan menentang ketidakadilan, termasuk menolak wajib militer pada tahun 1967, yang membuatnya mendapatkan gelar juara dunia dan melarangnya berkompetisi selama hampir empat tahun. . Warisan Muhammad Ali sebagai petinju pemberani, juara tak terkalahkan, dan simbol perjuangan melawan ketidakadilan tetap hidup dan menginspirasi generasi mendatang di seluruh dunia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours